uCO8uJcd2NOW77jAZ4AbbiNUmGHcS2tFraLMRoIi

Menjadi Guru yang Waras dan Bahagia Itu Penting

Menjadi guru bukan hanya soal mengajar. Bukan sekadar menyampaikan materi dari buku teks ke papan tulis, lalu selesai. Lebih dari itu, menjadi guru adalah perjalanan harian penuh dinamika—antara tuntutan administratif, tekanan orang tua murid, dan harapan siswa yang tak pernah habis. Agar bisa terus bertahan dan tetap bahagia menjalani profesi ini, ada empat hal yang bisa menjadi pegangan: komunikasi yang sehat, rasa syukur, kekuatan spiritual, dan tubuh yang bugar.

Komunikasi, Kunci Menghindari Salah Paham

Komunikasi adalah jembatan utama antara guru, siswa, rekan kerja, hingga orang tua murid. Sering kali, masalah besar berawal dari miskomunikasi yang kecil. Guru yang terbiasa mendengar sebelum menilai, bertanya sebelum berasumsi, akan jauh lebih tenang dalam menyelesaikan konflik. 

Membangun komunikasi yang sehat juga membuat hubungan antar guru jadi lebih cair. Kadang hanya butuh sapaan ringan di pagi hari, atau candaan usai rapat panjang, untuk menjaga suasana hati tetap hangat.

Syukur Membuat Hari Tak Terasa Berat

Guru itu pekerjaan yang melelahkan. Tapi anehnya, banyak guru tetap bertahan bukan karena gaji, tapi karena rasa syukur. Syukur yang datang ketika melihat siswa yang dulu tidak bisa membaca, kini jadi gemar menulis. Atau ketika murid menyapa dengan senyum lebar di jalan, menyebut nama kita dengan bangga, “Itu guru saya dulu.” 

Rasa syukur membuat langkah kita terasa ringan. Karena saat kita melihat segala sesuatu sebagai karunia, bukan beban, energi positif pun akan lebih mudah tumbuh.

Ibadah, Sumber Kekuatan Tak Terlihat

Ada hari-hari di mana guru merasa sangat lelah, hati terasa kosong, bahkan kehilangan arah. Di saat seperti itu, ibadah menjadi penguat jiwa. Entah itu dalam bentuk doa, dzikir, meditasi, atau hening sejenak sebelum mulai mengajar. Hal ini menjadi semacam pengingat, bahwa yang kita jalani ini bukan hanya tugas, tapi juga amanah.

Ibadah yang dijalankan dengan konsisten membantu guru untuk tetap terhubung dengan nilai-nilai luhur yang menjadi dasar dalam mendidik: keikhlasan, kasih sayang, dan pengabdian.

Olahraga Membuat Guru Lebih Bertenaga

Jangan tunggu badan pegal baru mulai bergerak. Guru juga butuh olahraga. Karena pekerjaan mengajar itu bukan hanya duduk di meja. Kadang berdiri berjam-jam, naik turun tangga, ikut main bola saat piket, atau bahkan ikut bersih-bersih sekolah. Tubuh yang aktif membuat pikiran lebih segar, dan emosi lebih terjaga.

Tak perlu olahraga berat. Jalan kaki pagi sebelum berangkat sekolah, peregangan ringan saat istirahat, atau bermain bersama anak-anak di rumah bisa jadi pilihan. Intinya, tetap gerak. Karena guru yang sehat jasmani akan lebih siap menghadapi kelas yang penuh energi. 

Guru Juga Manusia

Menjadi guru yang hebat tak harus sempurna. Tapi ia harus terus menjaga kewarasannya. Dengan komunikasi yang terbuka, hati yang tahu bersyukur, spiritualitas yang terjaga, dan tubuh yang aktif, guru bisa tetap kuat menjalani rutinitas yang padat.

Ingat, sebelum kita menjadi guru, kita adalah manusia. Dan manusia, agar bisa terus memberi, perlu juga merawat diri.

Sugeng Riyanto
Aktif mengajar di SDN Cipinang Besar Selatan 08 Pagi. Purna PSP3 Kemenpora XXIV. Pernah menjadi sukarelawan UCFOS PK IMM FKIP UHAMKA. Kini tercatat sebagai salah satu guru penggerak angkatan 7. Penulis Buku "Pendidikan Tanpa Sekolah. Suka berpergian kealam bebas, Menulis berbagai jenis artikel.

Related Posts

Post a Comment