uCO8uJcd2NOW77jAZ4AbbiNUmGHcS2tFraLMRoIi

AI Gantikan Guru? Fakta atau Halu!

 

Katanya, sebentar lagi guru akan digantikan robot.
Hmm… jadi nanti anak SD belajar sama ChatGPT kayak saya gini? Kebayang nggak, kalian duduk di kelas, terus di depan ada robot humanoid pakai jas, ngajarin perkalian, sambil bilang: “Anak-anak, tolong tenang ya” dengan suara Google Translate.

Sebagai guru sekaligus pemerhati teknologi, saya (Sugeng Riyanto) sering mendapat pertanyaan ini:
Benarkah AI bisa menggantikan guru?
Mari kita kupas pelan-pelan dengan pendekatan storytelling, data, dan sedikit humor biar lebih segar.


Apa yang Bisa Dilakukan AI?

Pertama-tama, kita harus jujur. AI memang luar biasa canggih.

  • AI bisa bikin soal dalam hitungan detik.

  • AI bisa menjelaskan materi yang rumit dengan bahasa sederhana.

  • AI bisa membantu mengoreksi tulisan, ejaan, sampai gaya bahasa.

Singkatnya, beberapa tugas teknis guru—seperti memberi latihan, menjelaskan materi, atau menyusun soal—sudah bisa dikerjakan AI.
Hebatnya lagi, AI nggak pernah capek, nggak pernah marah, dan nggak pernah minta cuti.

Nggak heran kalau ada murid yang nanya,
“Pak, ngapain masih belajar sama guru kalau ChatGPT aja bisa jawab semua?”
Deg! Jujur saja, saya sempat bengong beberapa detik.

(Masa saya harus jawab, “Karena ChatGPT belum bisa ngasih PR terus nagih di depan rumahmu?” 🤣)


Apa yang Nggak Bisa Dilakukan AI?

Meski pintar, AI punya batas. AI tidak punya hati.

  • AI tidak bisa membaca ekspresi wajah murid yang sedang sedih.

  • AI tidak bisa memberi semangat ketika anak merasa gagal.

  • AI jelas tidak bisa menanamkan nilai moral lewat keteladanan.

Saya teringat pengalaman pribadi. Waktu sekolah, saya pernah dapat nilai jelek. Alih-alih memarahi, guru saya hanya berkata:
“Sugeng, kali ini kamu jatuh. Tapi bapak percaya kamu bisa bangkit lagi.”

Kalimat sederhana, tapi efeknya luar biasa.
Kalau robot yang ngomong? Paling teks datar: “Nilaimu di bawah KKM. Silakan coba lagi.”
Beda banget rasanya.

(Bayangin kalau robot jadi wali kelas. Kalian telat masuk, bukannya bilang “Kenapa telat?” malah ngomong: “Maaf, jaringan Anda tidak stabil.” 🤖)


AI Itu Partner, Bukan Pengganti

Faktanya, AI tidak akan menggantikan guru, tapi menjadi partner guru.
Guru yang cerdas justru bisa menggunakan AI untuk memperkaya pembelajaran.

Contoh pemanfaatan AI:

  • Membuat simulasi sains agar lebih interaktif.

  • Menyusun soal latihan dengan variasi yang lebih banyak.

  • Membantu pekerjaan administrasi, sehingga guru punya lebih banyak waktu untuk murid.

AI itu seperti kalkulator. Cepat, praktis, dan efisien. Tapi tetap butuh manusia yang tahu kapan harus memakainya. Artinya, AI hanyalah asisten, bukan bos.


Pengalaman Nyata Menggunakan AI

Jujur saja, saya sendiri sudah menggunakan AI dalam pekerjaan.
Mulai dari membuat draft soal, menyusun bahan presentasi, sampai mencari ide baru untuk kelas. AI sangat membantu, menghemat waktu.

Tapi… hasil AI tidak bisa langsung dipakai.

  • Kadang bahasanya terlalu kaku.

  • Kadang tidak sesuai dengan konteks murid di Indonesia.

  • Dan yang pasti, AI tidak mengenal karakter setiap murid.

Di sinilah peran guru penting: menyaring, menyesuaikan, dan menambahkan sentuhan pribadi. Pendidikan bukan hanya soal informasi, tapi juga soal hubungan manusia.


Siapa yang Sebenarnya Harus Takut?

Kalau begitu, kenapa banyak orang takut AI menggantikan guru?
Sebenarnya, bukan karena AI yang “terlalu pintar”, tapi karena masih ada guru yang alergi teknologi.

Kalau guru tidak mau belajar menggunakan AI, maka bukan AI yang menggantikan, melainkan guru lain yang lebih adaptif.
Artinya, masalahnya bukan “robot vs manusia”, tapi “guru lama vs guru baru”.

(Mirip murid yang nggak mau belajar TikTok. Eh tahu-tahu, tugas kelompoknya sudah dipresentasikan lewat dance challenge 😅).


Guru Tetap Dibutuhkan

Kesimpulannya, AI tidak akan menggantikan guru.
AI hanya bisa membantu di sisi teknis, tapi urusan empati, moral, dan motivasi tetap butuh sentuhan manusia.

Jadi, guru yang adaptif dan terbuka dengan teknologi justru akan semakin relevan di era AI.
Pertanyaannya sekarang: Kalau suatu hari AI jadi murid di kelas, siapa yang bakal pusing duluan? Gurunya, atau robotnya?

Silakan tulis jawabanmu di kolom komentar. 😉

Related Posts
Newest Older
Sugeng Riyanto
Aktif mengajar di SDN Cipinang Besar Selatan 08 Pagi. Purna PSP3 Kemenpora XXIV. Pernah menjadi sukarelawan UCFOS PK IMM FKIP UHAMKA. Kini tercatat sebagai salah satu guru penggerak angkatan 7. Penulis Buku "Pendidikan Tanpa Sekolah. Suka berpergian kealam bebas, Menulis berbagai jenis artikel.

Related Posts

Post a Comment