uCO8uJcd2NOW77jAZ4AbbiNUmGHcS2tFraLMRoIi

Koneksi antar materi 2.3 CGP Coaching untuk supervisi akademik

Koneksi antar materi 2.3 CGP

Sobat cer-dik.com pada kesempatan ini kita akan membahas tentang koneksi antar materi pada modul 2.3 Guru penggerak yaitu Coaching untuk supervisi akademik. Artikel ini berisikan point-point penting yang menjadi kesimpulan saya pada materi ini. Selamat membaca dan semoga dapat bermanfaat.

A.      Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

Tujuan pembelajaran khusus

CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2.

Refleksi modul 2.3

Coaching adalah sebuah proses yang sifat kolaboratif yang berfokus pada solusi dan berorientasi pada hasil sistematis. Pada sesi coaching berlangsung, coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi daro coachee.

Paradigma berpikir coaching

Ada empat paradigma coaching perlu diketahui diantaranya

  • Fokus pada coachee (fokus pada perkembangan diri coachee).
  • Memiliki rasa ingin tahu dan keterbukaan.
  • Memiliki kesadaran diri yang kuat.
  • Mampu melihat peluang baru pada masa yang akan datang.

Prinsip dalam coaching

Terdapat tiga prinsip yang terdapat dalam proses coaching. Tiga prinsip ini harus dapat dijalankan dan menjadi landasan serta dasar dalam proses melakukan coaching.

Kemitraan

Dalam penerapan coaching antara coach dan coachee adalah mitra. Kedudukan coach dan coachee adalah sejajar atau setara. Prinsip mitra menjunjung tinggi konsep egaliter tidak yang lebih tinggi atapun lebih mampu diantara keduannya. Konsep kemitraan ini juga diharapkan mampu memunculkan kepercayaan antara duanya.

Proses kreatif

Maksud dari proses kreatif adalah melakukan percakapan kreatif yang bersifat dua arah. Percakapan ini bertujuan untuk menstimulus potensi yang ada dalam diri hingga dapat keluar. Pada proses kratif dibutuhkan kemampuan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan berbobot yang bersifat reflektif. Tujuan dari proses kreatif memicu proses berfikir kreatif dari coachee, memetakan dan menggali situasi coachee untuk dapat menghasilkan ide-ide baru.

Memaksimalkan potensi

Untuk dapat memaksimalkan potensi dan memberdayakan coachee, maka dibutuhkan sebuah rencana atau rancangan tindak lanjut pada akhir percakapan. Rancangan ini harus lahir dari coachee dan diputuskan oleh coachee secara sadara melalaui proses percakapan coaching.

Konsep coaching dalam konteks pendidikan

Sebagaimana kita ketahui filosofi pemikiran KHD tentang konsep pendidikan. Mendidik adalah menuntun atau dengan kata lain membersamai. Konsep menuntun itu sendiri lahir dari kemauan untuk dituntun dan dituntun, artinya pendidikan menurut KHD akan terjadi bila ada keterbukaan dan kemauan berpikir dari kedua komponen baik guru maupun murinya.

Dalam hal ini sesuai dengan konsep coaching sebagai sebuah komunikasi konstruktif yang mengedepankan nilai-nilai pembelajaran antara guru maupun murid. Murid dalam hal ini berikan kesempatan atau ruang kebebasan untuk menemukan potensi pada dirinya secara mandiri.

Peran pendidik hanya sebagai pamong dalam proses menuntun dan memberdayakan potensi yang ada pada diri murid. Hal itu bertujuan agar murid tidak kehilangan momentum atau kehilangan arah dan menemukan kekuatan (baca: kodrat) pada dirinya tanpa harus menempun jalan yang lebih panjang atau membahayakan orang lain.

Maka konsep komunikasi yang berlandaskan coaching sangat relevan dengan tiga prinsip among yang sudah lama kita ketahui menjadi semboyan dalam sistem pendidikan kita. “Ing ngaro sung tulodo, ing mandyo mangun karso, tut wuri handayani.”

Kompetensi inti coaching

Ada tiga hal yang harus dimiliki dan diterapkan oleh coah kepada coachee dalam proses coching. Tiga hal ini dapat menjadi kunci kesuksesan dalam proses coaching agar coachee dapat berkembang secara maksimal. Berikut ini beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh coach dalam proses coaching

Presence (Hadir penuh)

Hadir penuh atau presence merupakan sebuah kemampuan untuk dapat hadir secara untuk dalam proses coaching. Coach harus dapat hadir penuh untuk coachee. Hadir penuh dari fisik, raga, maupun pikiran saat melakukan coaching baik ketika mendengar maupun melakukan percakapan. Kemampuan ini akan berhubungan dengan dua kemampuan yang selanjutnya.

Mendengar aktif

Seorang coach yang baik akan mampu mendengar lebih banyak dan lebih sedikir berbicara dalam sesi coaching dibandingkan coachee nya. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses mendengar aktif adalah berfokus pada coachee yaitu mitra bicara bukan apa yang dibicarakan oleh coachee. Hal ini dapat menghidarkan coach dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Mengajukan pertanyaan berbobot

Setelah menguasai dua kompetensi sebelumnya, maka coah dapat mengasah kemampuan ketiga ini yaitu mengajukan pertanyaan berbobot. Kompetensi ini hadir setelah menguasi dua kompetensi sebelumnya. Seorang coach dapat dikatakan telah menguasi kompetensi ini ketika dapat mengajukan pertanyaan yang menggugat coachee untuk berpikir lebih dalam akan potensi yang dimilikinya. Selain itu pertanyaan ini bertujuan untuk memunculkan hal-hal baru atau mengungkapkan emosi yang dirasakan coachee.

Alur TIRTA

Dalam konsep percakapan berbasis coaching terdapat sebuah skema komunikasi yang bertujuan untuk mempermudah coach dalam melakukan coaching kepada coachee. Alur tersebut populer dan dikenal dengan alur TIRTA.

Alur tirta merupakan akronim dari T (Tujuan), I (Identifikasi), R (Rencana aksi), TA (Tanggung jawab). Fase ini harus dilakukan secara berurut dari T hingga TA. Berikut penjelasakan dari empat fase dalam komunikasi berbasi coaching tersebut.

T (Tujuan)

Pada fase awal coaching, coah harus dapat menggali tujuan awal dari coachee. Tujuan ini dapat dijadikan sebuah pembuka diskusi. Mengetahui tujuan dari coachee dalam proses coachee dapat menjadikan pembicaraan lebih fokus pada solusi dan ide-ide yang akan digali.

I (Identifikasi)

Pada fase ini coach bertujuan untuk melakan identifikasi diri ke coache. Pada proses ini coach diharapkan mampu menggali semua yang ada pada coachee. Dari mulai situasi yang dihadapi hingga melakukan kalibrasi tindakan yang telah dilakukan serta mengukur posisi coache sudah sampai pada posisi mana. Namun dalam proses identifikasi tetap harus dengan konsep lebih sedikit bicara dan mengajukan pertanyaan berbobot.

R (Rencana Aksi)

Di fase ini coach bertugas untu memandung coachee dalam menyusun rencana aksi yang akan dilakukan. Coach bertugas memandu coachee memilih dan memilah rencana aksi yang tepat, memikirkan dampak dari setiap tindakan melalui pertanyaan berbobot. Hasil dari rencana aksi ini akan dijadikan acuan bagi coachee bertindak ke depan.

TA (Tanggung Jawab)

Di akhir fase TIRTA coach bertugas untuk menanyakan komitmen dari coachee dalam melakukan rencana aksi yang telah ia tetapkan. Pada fase ini juga biasa coach bertanya kepada coachee siapa saja yang akan dilibatkan dalam menyelesaiakn masalah yang ia hadapi.

Supervisi akademik dengan paragidma berpikir coaching

Ada tiga point penting yang perlu digaris bawahi dalam kosenp supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching.

Supervisi harus dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang bertujuan meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yang pihak pada murid.

Prinsip-prinsip supervisi akademiki dengan paradigama berpikir coaching diantaranya ; kemitraan, konstruktif, terencana, reflektif, objektif, berkesinambungan, dan komperhensif.

Siklus yang diterapkan pada supervisi klinis terdiri dari tiga fase yaitu pra observasi, observasi, dan pasca obeservasi.

Pengalaman reflektif terkait pengalaman belajar

Dalam proses belajaran modul 2.3 tentang coaching dan supervisi akademik ini sangat menantang. Hal ini merupakan konsep komunikasi yang baru bagi saya sebagai seorang guru yang kadang lebih cenderung dominan dalam diskusi.

Selain tertantang saya juga merasa tercerahkan dengan konsep TIRTA. Tidak selamanya memberikan nasihat itu baik. Karena menumbuhkan dan membantu orang menemukan potensi yang ada pada diri bisa menjadi lebih melekat.

Dalam prose pembelajaran baik ada beberapa hal yang saya sudah kuasi dan amalkan yaitu kehadiran penuh. Dalam forum simulasi maupun praktik sederhana saya selalu mencoba unutk hadir penuh ketika melakukan percakapan. Namun ada hal yang juga perlu saya tingkatkan yaitu kemampuan mengajukan pertanyaan berbobot. Kemampuan ini sangat penting untuk dapat menggali kompentesi coachee. Maka saya sebagai CGP akan terus mengasah dengan latihan dan evaluasi secara bekelanjutan.

Pengetahuan dan kemampuan tentang coaching dan supervisi akademik ini sayang berdampak pad diri saya. Saya merasa dapat mengoptimalkan peran saya baik sebagai pendidikan maupun rekan sejawat bahkan orang tua murid.

B.      Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

Bagaimana penerapakan coaching untuk supervisi akademik?

Melalui penerapan coaching kegiatan supervisi akademik menjadi sebuah kegiatan yang bertujuan untuk pemberdayaan dan pengembangan diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran.

Penerapan coaching dibutuhkan sebagai upaya meningkatkan motivasi, komitmen, kualitas guru untuk kinerjanya dan proses pembelajaran.

Apakah teknik coaching dapat digunakan sebagai upaya membangun kompetensi kemitraan?

Dalam proses coaching kita dapat membangun kemitraan dan membuka peluang akselerasi kesadarab yang mendorong tidakan aksi. Hal tersebut dapat terjadi bila hubungan coach dan coachee dilandasi kepercayaan. Maka konsep egalitarian sangat dibutuhkan dimana tidak ada skat kesenjangan yang terjadi dalam komunikasi.

Apa tantangan implementasi coaching di sekolah?

Tantangan yang ada di sekolah dalam penerapan teknik coaching diantaranya sebagai berikut;

  • Pola pikir umum tentang supervisi yang masih bersifat satu arah.
  • Budaya menunggu masukan dan arahan dari pimpinan dalam menyelesaikan masalah atau merancang sebuah kegiatan. Sehingga yang muncul bukan potensi diri secara penuh, namun potensi diri yang dipesan sesuai dengan kebutuhan.

Bagaimana alternatif solusi dari tantangan yang ada?

  • Untuk dapat merubah pola pikir tentu dibutuhkan pendekatan dan dialog terbuka. Menjadikan keadaan yang terjadi sebagai objek diskusi dengan mengedepakan solusi dari penyelesaian masalah.
  • Untuk mengubah budaya waiting perlu adalahnya dobrakan. Maka dalam hal ini setiap CGP wajib melakukan perubahan secara drastis dan terukur untuk melakukan reinterprtasikan konsep waiting and create.

C.      Membuat keterhubungan

Hubungan modul 2.3 dengan modul 2.1 adalah kemampuan coaching sangat dibutuhkan untuk melakukan pemetaan potensi dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk merancang diferensiasi konten, proses, dan prudk. Guru bertindak sebagai coach dan murid bertindak sebagai coachee. Dengan menggunakan teknik coaching guru dapat menuntun murid untuk dapat lebih optimal dalam pengembangan dirinya.

Hubungan modul 2.3 dengan modul 2.2 adalah keterampilan coaching berguna untuk memaksimalkan potensi siswa dalam mengenali dan mengembangan sosial emosional yang dimiliki. Dengan mengenali dan mengembangan kompentensi sosial emosial murid, maka dapat menciptkan proses pembelajaran yang bukan hanya efektif namun memiliki makna.

Pengimplentasian modul 2.3 (coaching untuk supervisi akademik) dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosial adalah dalam komunikasi guru lebih mengutamakan alur TIRTA untuk menggali potensi yang terdapat dapa diri murid. Guru juga dapat melatih kehadiran penuh dengan konsep mindfulness dan teknis S.T.O.P yang telah diajarkan pada modul 2.2. 

Pertanyaan pemantik

Bagaimana peran anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional?

Peran saya sebagai coach adalah menjadi roll model dalam penerapan pembelajaran berdirefensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Setelah menjadi role model maka saya akan mencoba menjadi influencer yang bertuga untuk menyebarkan ide dan gagasan tentang dua konsep pembelajaran tersebut. Menyebaran ide dan gagasan dilakukan dengan perlahan dan bertahap.

Ketika ada ketertaikan guru lain sebagai teman sejawat maka posisi saya akan menjadi coach yang bertugas untuk menggali tantangan, ide serta gagasan teman sejawat sebagai coachee.

Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompentasi sebagai pemimpin pembelajaran?

Keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran sangat berkaitan. Dengan keterampilan coaching guru dapat mengimplentasikan konsep menuntun segala kodrat yang dimiliki anak. Selain itu melalui keterampilan coaching guru dapat memandu tumbuhnya kesadaran interinsik dan komptensi diri secara mandiri oleh murid. Kemudian pada akhirnya kesadaran kompetensi yang sudah ditemukan ketersebut dapat terus dijaga dengan komitmen yang tinggi oleh murid.

Terimakasih telah membaca sampai akhir, semoga dapat memberikan manfaat. Salam dan Bahagia.

Related Posts
Sugeng Riyanto
Aktif mengajar di SDN Cipinang Besar Selatan 08 Pagi. Purna PSP3 Kemenpora XXIV. Pernah menjadi sukarelawan UCFOS PK IMM FKIP UHAMKA. Kini tercatat sebagai salah satu guru penggerak angkatan 7. Penulis Buku "Pendidikan Tanpa Sekolah. Suka berpergian kealam bebas, Menulis berbagai jenis artikel.

Related Posts

Post a Comment