uCO8uJcd2NOW77jAZ4AbbiNUmGHcS2tFraLMRoIi

Pendekatan konstruktivisme = Kurikulum Merdeka


Pendekatan konstruktivisme = Kurikulum Merdeka

Tela’ah santai pemikiran Piaget, Vygotsky terhadap pendekatan konstruktivisme

Halo para pembaca cer-dik.com, hari ini kita akan membahas tentang salah satu pendekatan dalam proses pembelajaran, yaitu pendekatan konstruktivisme. Tapi sebelum kita bahas tentang konstruktivisme, pandangan Piaget dan Vygotsky kita bahasan yang santai-santai dulu ya guys.

Oiya, penting gak sih kita tahu tentang pendekatan konstruktivisme? Penting banget. Khususnya buat ortu (orang tua), pelajar, guru, dan semuanya dah. Kenapa? Karena, pendekatan ini adalah pendekatan yang kini digembor-gemborkan pemerintah melalui program merdeka belajar. Apa kaitnya? Serius? Nah baca sampai selesai ya.

Konstruktivisme ini adalah bahasa serapan. Asalnya dari bahasa inggris yaitu constructive yang kalau diartikan dalam bahasa translate bermakna gagasan. Namun yang lebih pas artinya adalah bangunan. Kata ini sering kita dengar ketika orang mau membangun jembatan, gedung, atau rumah. “Gimana konstruksinya?” begitu kira-kira.

Nah dalam sebuah bangun itu terdiri dari berbagai material atau unstur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Keteriatan ini saling menguatkan dan menjadi bentuk yang kita kenal sebagai bangunan. Agak ribet ya, tapi memang gitu penjelasanya.

Konstruktivisme secara umum

Pengertian umum tentang konstruktivisme gampangnya gini guys, guru atau pendidik tidak akan begitu saya memberikan pengetahuan yang ia miliki pada diri siswa, harus ada usaha dari siswa itu sendiri. Nah, kurikulum bermerdeka banget kan Pak, Bu? Murid diminta praktik di rumah, kerjain tugas-tugas, mandiri banget deh. Tapi tentang bukan cuma diminta dan disuruh-suruh. Tetap dipantau perkembanganya kok.

Nah, apesnya generasi zaman now itu sudah candu banget gadget, Mageran, malas buat ikut belajar. Gimana mau disuruh cari sendiri, udah dikasih bahan bacaanya di cuekin. Bener gak ibu bapak?. Gimana caranya biar anak belajar dan mau cari tahu sendiri? Yuk Lanjut Baca.

Balik lagi ke konsep konstruktivisme. Konstruktivisme itu mengartikan belajar sebagai kegiatan membagun dan menciptakan pengetahuan dengan memberikan makna atau kesan dari pengetahuan sesuai pengalaman. Bayangin kalau anak sudah memberikan makna atau pengalamnya berkesan, kalau sudah bermakna dan berkesan pasti susah move on alias susah dilupain.

Intinya konsep konsturktivisme itu adalah anak harus aktif, inisiatif dan mau mencari tahu ke sumber belajar, mengkonfirmasi sendiri rasa penasaran yang mucul dalam dirinya dan membandingak pengetahuan yang dulu ia miliki dengan pengatahuan yang baru dia dapatkan dari pengalamannya.

Terus bagaimana kalau kasusnya kaya tadi, anaknya mageran? Sebenar inti konsep konstruktivisme ini (1) menganggap anak itu memiliki tujuan, (2) melibatkan anak dalam proses belajar, (3) mempercayai pengetahuan itu dibentuk secara persoal, (4) penting pembangun situasi belajar yang mendukung, dan (5) menghadirkan sumber belajar yang relevan. Nah, kalau point 4 dan 5 itu diterapkan diawal tentu akan menumbuhkan motivasi interinsik alias motivasi yang tumbuh dari diri sendiri. Mirip bangetkan dengan kurikulum merdeka?

Pandangan Jean Piaget terhadap teori konstruktivisme

Bagi yang belum tahu siapa itu Piaget, ia adalah orang yang pertama kali mengemukakan konsep pendekatan konstruktivisme. Piaget menguliti konsep konstruktivisme sebagai proses yang dilalui untuk mengetahui atau memperoleh sesuatu. Dalam padangan Piaget, anak sudah berinteraksi sejak lahir dengan lingkungan. Mulai dari keluarga inti ibu, bapak, kakak hingga kakek, dokter, dan lain sebagainya yang berinteraksi denganya.

Seorang anak pada dasarnya memproses dan mengatur informasi yang ia dapat dalam benaknya berbentuk skema. Skema disini tidak nampak dan tidak dapat terlihat. Skema merupakan bentuk mental dan kognitif yang terus beradaptasi sesuai dengan tahapan mental itu sendiri. Skema ini akan terus berkembang dan tidak tetap. Skema ini akan bertemu dengan skema baru, buah dari interaksi. Skema-skema ini akan terasimilasi dan terakomodasi.

Jika skema awal ia berpadangan A adalah benar, namun setelah interaksi memunculkan sesimpulan oA adalah salah. Maka skema awal tidak akan terhapus namun akan menjadi kesimpulan bahwa A adalah salah. Namun jika skema awal berpadangan A adalah benar dan setelah interaksi A tetap benar makan skema awal akan terakomodasi setelah interaksi.

Pandangan Lev Vygotsky terhadap toeri konstruktivisme

Hal yang paling dasar dari pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran adalah adanya interaksi sosial individu terhadap lingkunganya. Perbedaan yang paling mencolok dari pemikiran Vygotsky dari Piaget adalah Vygotsky menitik beratkan pada peran interaksi sosial dari proses pembelajaran.

Vygotsky mempercayai bahwa anak mulai belajar ketika berada pada zona proximal. Zona ini merupakan suatu tingkat yang dicapai oleh seorang anak ketika ia melakukan prilaku sosial. Prilaku sosial merupakan istilah yang digunakan untuk mengambarkan prilaku umum yang ditunjukan oleh individu dalam masyarakat sebagai bentuk respon terhadap apa yang diterima atau apa yang dianggap tidak diterima oleh kelompok sebaya.

Selain zona proxminal, ada juga inner speech atau pembicaraan batin. Konsep ini muncul dari pencarian Vygotsky untuk menemukan hubungan antara tindakan pikiran yang tidak terlihat dengan bahasa sebagai fenomena budaya, yang bisa dijelaskan dengan analisis objektif. Dalam padangan Vygotsky, pikiran dapat berkembang untuk merefleksikan kenyataan sosial. Proses komunikasi yang terjadi antara diri dan orang lain melahirkan perkembangan makna dari kata-kata yang kemudian membentuk struktur kesadaran.

Pemakanaan konstruktivisme dari Piaget dan Vygotsky melahirkan banyak metode pembelajaran yang banyak di adopsi dalam kurikulum merdeka. Misalnya Problem Base Learning, Project Base Learning, Discovery Learning, Active Learning, dan lain sebagainya. Pendekatan ini juga lebih memanusiakan manusia, dan mendorong lahirnya motivasi interinsik.

Nah itu dia guys, Tela’ah santai terkait pemikiran dua tokoh pendekatan konstruktivisme dan korelasinya dalam dunia pendidikan. Khususnya terkait kurikulum merdeka. Semoga bermanfaat dan bisa menemani minum kopi.
Related Posts
Sugeng Riyanto
Aktif mengajar di SDN Cipinang Besar Selatan 08 Pagi. Purna PSP3 Kemenpora XXIV. Pernah menjadi sukarelawan UCFOS PK IMM FKIP UHAMKA. Kini tercatat sebagai salah satu guru penggerak angkatan 7. Penulis Buku "Pendidikan Tanpa Sekolah. Suka berpergian kealam bebas, Menulis berbagai jenis artikel.

Related Posts

Post a Comment