uCO8uJcd2NOW77jAZ4AbbiNUmGHcS2tFraLMRoIi

PENGARUH PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN


Sebagai bapak pendidikan bangsa, tentu Ki Hajar Dewantara banyak meninggalakan jejak atau pengaruhnya dalam dunia pendidikan. Mulai dari gagasan hingga metode pengajaran. Hal ini terekam dalam pemikiran yang dituangkan dalam berbagai tulisan ketika ia aktif dalam beberapa organisasi pra kemerdekaan. Ki Hajar Dewantara atau KHD selalu menekankan pentingnya pendidikan. Ia percaya banyak dengan pendidikan bisa melahirkan generasi yang sadar akan pentingnya kemerdekaan.

KHD percaya bahwasanya pendidikan dalam mengangkat derajat sebuah bangsa sama dengan bangsa-bangsa lainnya. Namun untuk mewujudkan pendidikan yang ide, ia mengatakan perlu berorientasi pada kepentingan bangsa dan berjiwa ketimuran.

Gagasan-gagasan tentang pendidikan yang ia sampaikan banyak terekam dalam majalah Wasita. Beberapa hal pernah ia kemukakan diantaranya perempuan dan pendidikan, pendidikan dan pengajaran, rumusan, konsep, dan arah pendidikan Indonesia.

Berikut ini merupakan beberapa pengaruh pemikiran Ki Hajar Dewantara terhapa dunia pendidikan;

Pendidikan sebagai tuntunan

Ki hajar mengartikan pendidikan sebagai tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Kita dapat garis bawahi pada kata sebuah proses “menuntu”. Menuntun sendiri dalam KKBI berarti menggandeng atau membimbing. Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia atau anggota masyarakat dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya.

Hidup dan tumbuhnya anak-anak itu terlekat di luar kecakapan atau kedehendak kaum pendidikan. Anak akan tumbuh sesuai dengan kodratnya sendiri. kekuatan kodrati adalah kekuatan anak tumbuh didalam batin dan lahir yang ada karena kodrat. Pada pendidik hanya dapat menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan agar dapat memperbaiki lakunya bukan dasarnya hidup dan tumbuhnya.

Konsep pendidikan sebagai menuntun ini secara sederhana diilustrasikan sebagai seorang petani dan benih. Pendidik layaknya seorang petani yang menyemai dan merawat benih hingga menjadi tumbuhan yang besar. Dalam upaya membesarkan tanaman yang ia tanam tersebut ia akan berusaha menjaga tanah agar tetap subur dengan pupuk. Dan menjaga buah dari serangan hama. Namun ia tidak dapat merubuah buah yang ia taman menjadi tanaman yang berbeda. Misalnya ia menanam pisang, maka akan tumbuh pisang bukan tumbuhan lainnya.

Dengan melandaskan konsep pendidikan sebagai menuntun, guru sebagai seorang pendidik tentu harus menyingkirkan ambisi-ambisi yang bisa jadi merusak bahkan bisa mematikan potensi pada tanaman (murid) tersebut. Secara bersamaan untuk mengoptimalkan sebuah potensi (kodrat) guru harus mau dan mampu mengenali tamanan (murid) secara detail dan menyeluruh.

Menuntun berarti juga meneballaku potensi pada diri anak. Ketika guru sebagai tenaga pendidikan mengamin bahwasanya setiap murid memiliki kodratnya, maka menuntun artinya meneballaku hal-hal baik yang merupakan potensi. Hingga potensi tersebut dapat tumbuh secara optimal.

Selain meneballaku menuntun juga mengartikan guru sebagai pendidikan membantu murid untuk masuk kedalam lubang dan terjatuh. Misanya seorang murid hidup dalam lingkungan yang kurang positif, maka guru dalam menasihati dan memberikan penjelasan serta metoda bagaimana menghindari hal-hal yang nantinya akan menjadi masalah bagi murid.

Dari konsep pendidikan sebagai tuntunan kita sadar bahwa betapa pentinya pendidikan dan peran pendidikan. Setiap anak seiring berjalannya waktu pasti akan menjadi menjadi dewasa dan akan menjadi sesuatu yang telah menjadi kodrtanya, bisa menjadi birokrat, praktisi, wirausaha, dan lain sebagainya. Pendidikan tidak mengubah hal-hal kodrat akan, namun mengoptimalkan kodrat tersebut. Agar ketika anak tersebut telah menemui kodrarnya ia akan menjadi pribadi yang dapat. mengoptimalkan hal yang positif pada dirinya.

Sistem Among

Metode among berkaitan dengan kata dasar mong yaitu momong, among, dan pamong, tiga kata ini berdasar dari bahasa Jawa. Tiga mong ini sendiri sering dijadikan landasan dalam proses pendidikan dan pengajaran bersamaan dengan proses pendidikan dari yang paling awal hingga ke fase lanjutan. Untuk memahami konsep tiga mong maka kita akan membedahnya satu persatu.

Momong artinya merawat dengan tulus dan penuh kasih sayang. Dalam proses ini orang tua melakukan proses transfer kebiasan yang disertai dengan doa dan harapan. Among artinya memberikan contoh tentang baik dan buruk. Proses ini dilakukan tanpa mengurangi hak anak agar tumbuh dan berkembang dalam suasan hati yang merdeka. Ngemong artinya mengamati, merawat, dan menjaga agar anak mampu mengembangkan dirinya.

Pelaksanaan Among (momong) disebut pamong. Seorang pamong harus memiliki kecakapan melebihi yang diamong. Tujuan dari sistem among adalah membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka.

Sistem among dilaksanakan dengan tutwuri handayani ketika seorang guru atau pendidik telah menemukenali anak, bila dimungkinkan anak dikoreksi namun dengan tetap penuh kasih sayang. Pendidikan yang berlandaskan paksaan-hukuman-ketertiban dianggap memerkosa hidup batin sang anak. Karena sejatinya pendidikan harus menempatkan jiwa merdeka anak sebagai sifat kodrati anakyang harus ditumbuh kembangkan melalui pendidikan dan pengajaran. Ia juga mengukapkan bahwa setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah.

Dalam praktik pengajar, KHD sering mengajurkan pamong untuk mengajak siswanya belajar sambil bermain. Karena sejatinya masa anak-anak adalah masa bermain. Bermain merupakan sifat kodrati anak atau naluri anak yang bebas merdeka dapat tersalurkan, sekaligus dapat melatih ketajaman pancaindera. Bermain dapat pula melatih sensor dan motoric yaitu kordinasi otak, mata, tangan dan otak, mulut, tangan.

Selain belajar sambil bermain, KHD juga mengusulan belajar mengajar secara berkelompok. Dengan adanya kelompok guru dapat mengajarkan interaksi sosial, konsisten, dan konsekuensi terhadap kesepakatan bersama yang telah ditetapkan.

KHD berkata, “Pamong jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja, akan tetapi harus mendidik siswa mencari sendiri pengetahuan itu dan memaknai guna amal keperluan umum.”

Menurut KHD kemerdekaan sejatinya tidak tak berbatas akan tetapi kemerdekaan dibatasi oleh tertib damai masyarakat. Maka kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan yang tidak mengganggu kemerdekaan orang lainnya.

KHD kemudian membuat sebuah rumusan agar dapat membimbing menuju tercapainya insan yang merdeka lahir dan batin melalui ing harso suntulodo, ing madyo mbagun karsi, tutwuri handayani. Jika diterjemahnya dalam bahasa Indonesia maka tiga kalimat tersebut menjadi “di depan menjadi tauladan, di Tengah memberi ilham, dan di belakang beri dorongan.”

Perempuan dan pendidikan

Dalam Wasita Jilid 1/No.3 Edisi Desember 1928, KHD mengutarakan keberatanya akan persamaan hak perempuan yang berkembang di Eropa. Namun bukan berarti KHD diskriminatif kepada kaum perempuan. Justru dalam beberapa artik KHD menyampaikan bahwa pentingnya kehadiran perempuan dalam dunia pendidikan khususnya pada masa anak-anak. Karena perempuan memiliki sifat keibuan yang tidak dimiliki oleh laki-laki.

KDH juga mendorong perempuan untuk mengenyam pendidikan. Akan tetapi dalam mengajar anak perempuan membuatkan beberapa petunjuk khusus. Hal tersebut KDH sampaikan dalam artikel “Co-educatie dan Co-instructie atau mendidik dan mengajar anak-anak perempuan dan laki-laki bersama.”

KHD juga mengutaran konsep pemisahan kelas antara laki-laki dan perempuan ketika sudah menginjak pendidikan menengah dan lanjut. Hal tersebut terekam dalam artikel berjudul “Pengaruh perempuan pada barang dan tempat kulilingnya.” Pada artikel tersebuh KHD juga menyampaikan perempuan untuk memahami hak dan kewajibannya sebagai perempuan.

Pendidikan Usia Dini

KHD mengkrtik rendahkan hak pendidikan yang diberikan oleh pemerintah Belanda di masa penjajahan. Hadirnya HIS juga belum membuat KHD cukup senang. KHD mengkritik HIS hanya menghadirkan lulusan-lulusan yang kurang rasa sosial, egois, dan individualis. Kemudian KHD mengusulkan tiga formula untuk memperbaiki sistem pendidikan dan cara pengajaran bagi masyarakat pribumi. Tiga cara tersebut adalah memperbanyak sekolah, memperbaiki pengajarannya, dan mendidik anak supaya puas menjadi rakyat Indonesia.

Pendidikan dan Pengajaran Nasional

KHD membagi pendidikan dalam dua hubungan yaitu pendidikan dan kehidupan rakyat serta pendidikan dan kebangsaan. Dalam hubungan yang pertama terdapat sembilan poin yaitu kekuatan rakyat, mendidik anak adalah mendidik rakyat, sistem pendidikan kerakyatan, penerimaan perbedaan, kemerdekaan manusia, bersandar pada kekuatan sendiri, tugas sebagai rakyat, tidak diperintah, dan persatuan pengajaran.

Sedangkan pada bagian kedua yaitu pendidikan dan kebangsaan terdapat tujuh poin penting yaitu pendidikan nasional yang selaras dengan kehidupan dan penghidupan bangsa, pendidikan nasional adalah hak dan kewajiban bangsa, tidak menerima subsidi pemerintah, tidak terikat lahir dan batin, sistem mengongkosi diri sendiri, adanya badan pembantu umum,


Related Posts
Sugeng Riyanto
Aktif mengajar di SDN Cipinang Besar Selatan 08 Pagi. Purna PSP3 Kemenpora XXIV. Pernah menjadi sukarelawan UCFOS PK IMM FKIP UHAMKA. Kini tercatat sebagai salah satu guru penggerak angkatan 7. Penulis Buku "Pendidikan Tanpa Sekolah. Suka berpergian kealam bebas, Menulis berbagai jenis artikel.

Related Posts

Post a Comment