uCO8uJcd2NOW77jAZ4AbbiNUmGHcS2tFraLMRoIi

RANGKUMAN MATERI SBDP KELAS 5 TEMA 6

 Sobat cer-dik.com pada artikel ini kita akan membahas tentang rangkuman materi SBDP kelas 5 tema 6. Beberapa hal yang akan kita bahas diantaranya tangga nada, pola pantai, gambar cerita. Untuk lebih lengkapnya silakan membaca artikel ini hingga tuntas.

Tangga Nada

Tangga nada adalah urutan nada yang disusun secara berurutan. Misalnya do, re, mi, fa, sol, la, si, do. Ada banyak jenis tangga nada, di antaranya adalah tangga nada diatonis dan pentatonis. Tangga nada diatonis adalah tangga nada yang mempunyai dua jarak nada, yaitu satu dan setengah. Beberapa alat musik seperti piano dan organ memiliki sistem tangga nada diatonis. Pada sistem tangga nada diatonis, dalam satu rangkaian nada terdapat 7 nada pokok. Nada kedelapan merupakan pengulangan nada pertama.

Tangga nada pentatonis, merupakan jenis tangga nada yang hanya memakai lima nada pokok. Ragam tangga nada pentatonis dibedakan oleh jarak antarnada serta pilihan nada yang didengar. Berdasarkan nadanya, ada tangga nada pentatonis yang menggunakan tangga nada jenis pelog dan tangga nada jenis slendro. Contoh alat musik yang menggunakan tangga nada jenis pelog dan slendro adalah gamelan Jawa. Selain gamelan Jawa, ada juga gamelan Sunda, Bali, Madura, dan Batak.

Tangga nada pelog biasanya menggunakan susunan nada yang berbunyi seperti nada-nada do – mi – fa- sol – si. Salah satu lagu daerah yang menggunakan tangga nada ini adalah lagu Gundhul Pacul dari Jawa Tengah. Sedangkan tangga nada slendro biasanya menggunakan susunan yang berbunyi seperti nada-nada do – re – mi – sol – la. Lagu yang menggunakan tangga nada ini memberi kesan gembira dan lincah. Salah satu contoh lagu dengan tangga nada slendro ini adalah lagu Cublak-Cublak Suweng dari daerah Jawa Tengah.



Alat musik gamelan dibuat dari campuran tembaga dan timah dengan ukuran tertentu. Ukuran dan perbandingan antara kedua logam tersebut dapat menghasilkan suara yang berbeda. Campuran logam itu harus dipanaskan dengan suhu tinggi agar mencair dan mudah dibentuk. Proses ini disebut dengan peleburan. Paduan suara yang dihasilkan oleh alat-alat musik tersebut terdengar harmonis untuk mengiringi lagu-lagu yang dimainkan pada laras slendro atau pelog. 

Perhatikanlah lagu daerah di bawah ini dengan saksama. Mintalah Guru untuk memperdengarkan lagu ini di kelas. Lalu tentukanlah tangga nada yang digunakan!


Pola Lantai dalam Seni Tari

 Pernahkah kamu memperhatikan sebuah pertunjukan tari? Atau mungkin kamu pernah ikut latihan menari di sanggar atau di sekolah? Pada beberapa tarian, terutama tari kelompok, para penari membentuk posisi tertentu dalam tarian. Ada sebuah tari yang jika diamati, posisi penari membuat bentuk atau formasi tertentu. Bentuk atau formasi tertentu yang dibuat penari dalam sebuah tari dinamakan pola lantai.

Pola lantai merupakan garis yang dilalui penari pada saat melakukan gerak tari. Pola lantai ini dilakukan baik oleh penari tunggal, berpasangan, atau penari kelompok. Dalam tarian, terdapat dua pola garis dasar pada lantai, yaitu garis lurus dan lengkung. Pola garis lurus terdiri atas pola lantai horizontal, vertikal, dan diagonal. Pengembangan pola lantai lurus dapat berupa pola lantai zig-zag, segitiga, segi empat, dan segi lima (perhatikan gambar A).

Selain garis lurus, terdapat juga pola garis lengkung. Pola ini pun dapat dikembangkan menjadi berbagai pola lantai. Pola lantai itu antara lain berupa lingkaran, angka delapan, garis lengkung ke depan, dan garis lengkung ke belakang (lihat gambar B).


Berikut adalah dua jenis tari daerah yang memiliki pola lantai yang berbeda. Tari pertama adalah Tari Jaran Kepang yang berasal dari Yogyakarta. Tari Jaran Kepang mempunyai pola lantai gabungan antara pola lantai lurus dan lengkung yang sederhana. Pola lantai yang digunakan pada tari ini antara lain pola melingkar, garis lurus ke depan, dan garis horizontal. Pola lantai pada Tari Jaran Kepang tidak memiliki makna tertentu. Pola lantai dibuat untuk formasi penari.

Berbeda dengan Tari Bedhaya Semang yang juga berasal dari Yogyakarta. Tari klasik ini mempunyai pola lantai yang sudah tertentu dan mempunyai makna tertentu. Pola lantai yang digunakan pada tari ini pun memiliki nama tertentu, seperti gawang jejer wayang, gawang tiga-tiga, gawang perang, dan gawang kalajengking. 

Mengenal Tari Pendet dari Bali

Tari Pendet merupakan salah satu tari tradisonal Bali yang sangat populer. Lahirnya tari Pendet berawal dari ritual sakral Odalan di Pura yang disebut dengan mamendet atau mendet. Mendet dimulai setelah pendeta Hindu mengumandangkan mantra dan setelah pementasan Topeng Sidakarya. Tari ini dipentaskan secara berpasangan atau secara masal dengan membawa perlengkapan, berupa bokor, sesajen, dan bunga.

Pendet disepakati lahir pada tahun 1950. Tari Pendet ini masih tetap mengandung kesan sakral dan religius meskipun dipentaskan di sebuah acara yang tidak berhubungan dengan kegiatan keagamaan. Pada tahun 1961, I Wayan Beratha memodifikasi tari Pendet hingga menjadi tari Pendet yang sering kita saksikan sekarang. Beliau juga menambah penari Pendet menjadi lima orang. Setahun kemudian, I Wayan Beratha dan kawan-kawan menyajikan tarian Pendet massal yang ditarikan oleh 800 orang penari untuk ditampilkan di Jakarta dalam acara pembukaan Asian Games. Kemudian pada tahun 1967, koreografer tari Pendet Modern, I Wayan Rindi, mengajarkan dan meneruskan tarian Pendet kepada generasi muda. Selain Pendet, beliau juga mengajarkan dan melestarikan tari Bali lainnya kepada keluarganya maupun lingkungan di luar keluarganya.

Tari Pendet menceritakan tentang dewi-dewi kahyangan yang turun ke bumi. Biasanya tari Pendet ini dibawakan secara berkelompok atau berpasangan oleh remaja putri. Para penari Pendet berbusana layaknya penari upacara keagamaan. Setiap penari akan membawa sesaji berupa bokor yang di dalamnya terdapat bunga warna-warni. Pada akhir tarian, bunga ini akan ditaburkan ke tamu undangan sebagai sebuah simbol penyambutan.

Tari Pendet menggunakan pola lantai yang sangat sederhana dibandingkan pola lantai tarian bali lainnya. Tari Pendet hanya menggunakan pola lantai berbentuk huruf V, pola lantai lurus, dan pola menghadap ke samping kanan dan kiri. Seperti halnya tarian tradisional kebanyakan, pola lantai pada tari Pendet tidak memiliki makna khusus. Tidak seperti tari Bedhaya dari Yogyakarta yang memiliki makna di setiap pola lantai tariannya.

Ayo Mengamati

Menggambar dengan menggunakan keterangan yang dibaca, merupakan salah satu kegiatan menggambar cerita. Apakah gambar cerita itu? Gambar cerita adalah gambar yang menceritakan suatu adegan atau peristiwa. Fungsi gambar cerita antara lain untuk: 
  1. memperjelas alur atau isi cerita, 
  2. memperjelas isi pesan dalam promosi suatu barang, 
  3. menarik perhatian, 
  4. menambah nilai artistik/ keindahan, 
  5. sarana untuk mengungkapkan perasaan penggambarnya. 
Gambar cerita sering juga ditemukan dalam buku cerita, majalah, dan buku pelajaran. Poster dan brosur juga sering disertai gambar cerita agar menarik. Petunjuk cara penggunaan barang pun sering dilengkapi dengan gambar cerita untuk membantu pengguna menggunakannya.  

Gambar Cerita


Gambar cerita adalah gambar yang menunjukkan kegiatan orangorang atau binatang-binatang dalam suatu peristiwa. Gambar cerita dapat ditemui pada buku-buku cerita, terutama untuk anak-anak, untuk menceritakan sebuah peristiwa, baik peristiwa yang benar-benar terjadi atau cerita imajinasi. Bagaimana gambar cerita dibuat?

Menggambar cerita dapat dilakukan dengan teknik kering dan teknik basah. Alat dan bahan untuk menggambar cerita dengan teknik kering, menggunakan beberapa alat misalnya, pensil, kapur, krayon, atau bahan lain yang tidak memerlukan air. Pada teknik basah, media yang diperlukan berupa cat air, tinta bak atau tinta Cina, cat poster yang menggunakan air sebagai pengencer.

Teknik Kering 

Menggambar cerita dengan teknik kering, tidak perlu menggunakan pengencer seperti air. Cerita dibuat langsung pada kertas gambar. Mula-mula dibuat sketsa atau rancangan gambar yang menggambarkan sebuah cerita. Setelah itu, diberikan garis atau warna sesuai dengan media kering yang digunakan. Beberapa contoh media kering yang biasa digunakan antara lain:

Pensil 

Pensil yang digunakan dalam menggambar cerita, biasanya adalah pensil ukuran 2B sampai 6B.

Krayon 

Krayon memiliki beragam variasi warna. Krayon merupakan campuran antara lilin dan bahan pewarna yang aman untuk anak-anak. Krayon digunakan untuk menggambar cerita yang memerlukan variasi warna. 

Pulpen atau Spidol 

Pulpen atau spidol juga digunakan untuk menggambar cerita dengan karakter yang tegas pada garis-garis. Perhatikan salah satu gambar cerita berikut ini. 

Teknik Basah 

Media yang digunakan untuk teknik basah antara lain, cat air, tinta, atau media lain yang memerlukan air sebagai pengencer. Cerita dibuat dengan cara membuat sketsa pada bidang gambar dua dimensi berupa kertas. Setelah itu, baru diberi warna sesuai dengan media basah yang sudah ditentukan. Teknik basah memerlukan beberapa alat dan bahan seperti cat air, cat poster, tinta bak atau tinta Cina, berbagai jenis kuas, dan palet cat air.

Memahami Gambar Cerita

Gambar cerita, merupakan gambar yang menceritakan sebuah peristiwa yang menunjukkan kegiatan orang atau binatang dalam suatu peristiwa. Gambar yang disajikan dapat berupa cerita yang digambar pada media kering maupun basah. Penggunaan media yang berbeda, akan memerlukan teknik menggambar yang bebeda juga.

Pada gambar dengan menggunakan media kering, biasanya digunakan teknik arsir. Teknik arsir dibuat dengan menorehkan pensil, spidol atau alat lain berupa garis-garis berulang yang menimbulkan kesan gelap terang, dan kesan adanya dimensi. Selain teknik arsir, ada juga teknik blok. Teknik blok adalah teknik menutup gambar dengan menggunakan satu warna sehingga menimbulkan kesan siluet atau blok. Sedangkan cara penggunaan media basah, biasanya memerlukan kuas untuk mengaplikasikan cat baik cat air maupun cat poster. Teknik sapuan basah menggunakan bahan dengan campuran air di atas kertas.

Untuk memahami sebuah gambar cerita, terdapat beberapa unsur yang dapat dipelajari. Sebuah gambar cerita harus memiliki gagasan atau tema yang jelas sesuai dengan cerita. Sebuah cerita yang bertema pasar seharusnya didukung dengan suasana pasar yang merupakan latar belakang cerita tersebut. Biasanya dengan mudah akan tertangkap dari tema cerita tersebut. Gambar ilustrasi yag ditampilkan dapat berupa penggalan cerita yang paling menonjol. Dari gambar cerita juga dapat dibayangkan karakter tokoh dalam cerita tersebut. Perhatikanlah gambar cerita di bawah ini. Gambar tersebut merupakan penggalan cerita dari Kisah Malin Kundang, cerita rakyat dari Sumatera Barat. Dapatkah kamu menceritakan kisah berdasarkan gambar tersebut? 
Related Posts
Sugeng Riyanto
Aktif mengajar di SDN Cipinang Besar Selatan 08 Pagi. Purna PSP3 Kemenpora XXIV. Pernah menjadi sukarelawan UCFOS PK IMM FKIP UHAMKA. Kini tercatat sebagai salah satu guru penggerak angkatan 7. Penulis Buku "Pendidikan Tanpa Sekolah. Suka berpergian kealam bebas, Menulis berbagai jenis artikel.

Related Posts

Post a Comment