uCO8uJcd2NOW77jAZ4AbbiNUmGHcS2tFraLMRoIi

RANGKUMAN IPS TEMA 7 KELAS 5

RANGKUMAN MATERI IPS TEMA 7 KELAS 5

Sobat cer-dik.com pada kesempatan ini kita akan membahas rangkungan materi pelajaran IPS tema 7 kelas 5 SD. Beberapa yang akan dibahas pada artikel ini diantaranya peristiwa kedatangan bangsa barat, Peristiwa-Peristiwa pada Masa Pemerintahan Kolonial Inggris, Peristiwa-Peristiwa pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda, dan masih banyak lainnya.

Peristiwa Kedatangan Bangsa Barat

Mulai akhir abad XV, bangsa Eropa berusaha melakukan penjelajahan samudra. Bangsa Eropa yang pernah melakukan penjelajahan dan penjajahan di Indonesia dimulai oleh bangsa Portugis. Kapal mereka pertama kali mendarat di Malaka pada tahun 1511. Berikutnya ialah bangsa Spanyol yang mendarat di Tidore, Maluku pada tahun 1521. Kemudian, disusul oleh bangsa Inggris dan Belanda. Kapal-kapal Belanda pertama kali mendarat di Pelabuhan Banten pada tahun 1596.

Faktor-faktor pendorong penjelajahan samudra antara lain sebagai berikut.

Adanya keinginan mencari kekayaan (gold) 

Kekayaan yang mereka cari terutama adalah rempah-rempah. Sekitar abad XV di Eropa, harga rempah-rempah sangat mahal. Harga rempah-rempah semahal emas (gold). Mereka sangat membutuhkan rempah-rempah untuk industri obat-obatan dan bumbu masak.

Adanya keinginan menyebarkan agama (gospel) 

Selain mencari kekayaan dan tanah jajahan, bangsa Eropa juga membawa misi khusus. Misi khusus tersebut adalah menyebarkan agama kepada penduduk daerah yang dikuasainya. Tugas mereka ini dianggap sebagai tugas suci yang harus dilaksanakan ke seluruh dunia dan dipelopori oleh bangsa Portugis.  

Adanya keinginan mencari kejayaan (glory) 

Di Eropa, ada suatu anggapan bahwa apabila suatu negara mempunyai banyak tanah jajahan, negara tersebut termasuk negara yang jaya (glory). Dengan adanya anggapan ini, negaranegara Eropa berlomba-lomba untuk mencari tanah jajahan sebanyakbanyaknya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Contohnya seperti berikut. 

  1. Dikembangkannya teknik pembuatan kapal yang dapat digunakan untuk mengarungi samudra luas.
  2. Ditemukannya mesiu untuk persenjataan. Senjata dapat digunakan untuk melindungi pelayaran dari ancaman bajak laut dan sebagainya. 
  3. Ditemukannya kompas. Kompas digunakan sebagai penunjuk arah sehingga para penjelajah tidak lagi bergantung pada kebiasaan alam. Untuk menentukan arah, biasanya mereka berpedoman pada bintang sehingga jika angkasa tertutup awan, mereka tidak dapat meneruskan pelayarannya. Dengan kompas, mereka bebas berlayar ke arah mana pun tanpa gangguan, baik siang maupun malam.

Demi mewujudkan Semboyan 3 G, bangsa-bangsa Eropa di Indonesia membentuk pemerintahan kolonial di Indonesia, tidak lagi hanya urusan perdagangan. Pemerintahan kolonial yang mereka bentuk semata-mata hanya untuk melanggengkan dan memperluas kekuasaan mereka terhadap bangsa Indonesia. Penderitaan rakyat Indonesia pun makin bertambah. Pemerintahan kolonial melakukan penindasan-penindasan dengan membuat peraturan dan program kerja yang hanya menguntungan pihak mereka sendiri, seperti kerja paksa, tanam paksa, dan lain-lain. Bagaimanakah pemerintahan kolonial di Indonesia terbentuk? Bagaimana pula kondisi rakyat Indonesia? Bacalah bacaan berikut dengan saksama!

Peristiwa-Peristiwa pada Masa Pemerintahan Kolonial Inggris

Setelah berhasil menguasai Indonesia, pemerintah Inggris kemudian mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur di Indonesia. Raffles memulai tugasnya pada tanggal 19 Oktober 1811.

Kebijakan di Bidang Ilmu Pengetahuan

Mengundang ahli pengetahuan dari luar negeri untuk mengadakan berbagai penelitian ilmiah di Indonesia.

Raffles bersama Arnoldi berhasil menemukan bunga bangkai sebagai bunga raksasa dan terbesar di dunia. Bunga tersebut diberinya nama ilmiah Rafflesia Arnoldi.

Raffles menulis buku “History of Java” dan merintis pembangunan Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Bogor merupakan kebun biologi yang mengoleksi berbagai jenis tanaman di Indonesia bahkan dari berbagai penjuru dunia.

Kebijakan di Bidang Ekonomi

  1. Menghapus contingenten penyerahan diganti dengan sistem sewa tanah (land-rente). 
  2. Semua tanah dianggap milik negara. Maka, petani harus membayar pajak sebagai uang sewa.

Upaya Raffles menerapkan sistem pajak tanah mengalami kegagalan karena faktor-faktor berikut. 

  1. Sulit menentukan besar kecilnya pajak bagi pemilik tanah karena tidak semua rakyat mempunyai tanah yang sama. 
  2. Sulit menentukan luas sempitnya dan tingkat kesuburan tanah petani. 
  3. Keterbatasan pegawai-pegawai Raffles. 
  4. Masyarakat desa belum mengenal sistem uang.

Kebijakan di Bidang Pemerintahan, Pengadilan, dan Sosial

Dalam bidang ini, Raffles menetapkan kebijakan berikut: 
  1. Pulau Jawa dibagi menjadi 16 keresidenan termasuk Yogyakarta dan Surakarta. 
  2. Setiap keresidenan mempunyai badan pengadilan. 
  3. Melarang perdagangan budak

Peristiwa-Peristiwa pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda

Pada tahun 1595, Belanda berangkat dari Eropa di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dan sampai di Indonesia pada tahun 1596 dengan mendarat di Banten. Sejak pelayaran de Houtman, banyak berdiri perusahaan perusahaan dagang Belanda yang masing-masing memiliki kapal sendiri dan berlayar ke Indonesia.

Pembentukan VOC 

Pedagang Belanda dengan didukung oleh pemerintahnya membentuk kongsi dagang yang bernama VOC (Vereenidge Oostindische Compagnie) pada tanggal 20 Maret 1602.

Tujuan VOC di Indonesia antara lain sebagai berikut.
Menguasai pelabuhan-pelabuhan penting. 
Menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia. 
Melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah.

Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda 


Memasuki akhir abad ke-18, kejayaan VOC mulai merosot. Faktor internal yang menyebabkan kemerosotan VOC adalah sebagai berikut. 
  1. Banyak pegawai VOC melakukan korupsi. 
  2. Sulitnya melakukan pengawasan terhadap daerah penguasaan VOC yang sangat luas.
Faktor eksternal yang menyebabkan kemerosotan VOC adalah sebagai berikut.
  1. Meletusnya Revolusi Prancis menyebabkan Belanda jatuh ke tangan Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte. 
  2. Penentangan oleh rakyat Indonesia terhadap VOC dalam bentuk peperangan yang banyak menyedot pembiayaan dan tenaga.
Pada tanggal 15 Januari 1808, Herman W. Daendels menerima kekuasaan dari Gubernur Jenderal Weise. Daendels dibebani tugas mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris karena Inggris telah menguasai daerah kekuasaan VOC di Sumatra, Ambon, dan Banda.

Sebagai gubernur jenderal, langkah-langkah yang ditempuh Daendels antara lain:
  1. meningkatkan jumlah tentara dengan cara mengambil dari berbagai suku bangsa di Indonesia, 
  2. membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya,
  3. membangun pangkalan armada di Anyer dan Ujung Kulon, 
  4. membangun jalan raya dari Anyer hingga Panarukan sepanjang lebih kurang 1.100 km, dan 
  5. membangun benteng-benteng pertahanan. 
Daendels menerapkan sistem kerja paksa (rodi). Daendels juga melakukan berbagai usaha untuk mengumpulkan dana dalam menghadapi Inggris, antara lain: mengadakan penyerahan hasil bumi, memaksa rakyat menjual hasil buminya kepada pemerintah Belanda dengan harga murah, mewajibkan rakyat Priangan untuk menanam kopi, dan menjual tanah-tanah. 

Sistem Tanam Paksa Pemerintah Kolonial Belanda


Pada masa kepemimpinan Johanes Van Den Bosch, Belanda memperkenalkan sistem tanam paksa. Sistem tanam paksa pertama kali diperkenalkan di Jawa dan dikembangkan di daerah-daerah lain di luar Jawa. Di Sumatra Barat, sistem tanam paksa dimulai sejak tahun 1847. Saat itu, penduduk yang telah lama menanam kopi secara bebas dipaksa menanam kopi untuk diserahkan kepada pemerintah kolonial. Sistem yang hampir sama juga dilaksanakan di tempat lain seperti Minahasa, Lampung, dan Palembang. Kopi merupakan tanaman utama di Sumatra Barat dan Minahasa. Adapun lada merupakan tanaman utama di Lampung dan Palembang. Di Minahasa, kebijakan yang sama kemudian juga berlaku pada tanaman kelapa.

Pelaksanaan tanam paksa banyak terjadi penyimpangan, di antaranya sebagai berikut.
  1. Jatah tanah untuk tanaman ekspor melebihi seperlima tanah garapan, apalagi jika tanahnya subur. 
  2. Rakyat lebih banyak mencurahkan perhatian, tenaga, dan waktunya untuk tanaman ekspor sehingga banyak yang tidak sempat mengerjakan sawah dan ladang sendiri. 
  3. Rakyat yang tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi 1/5 tahun. 
  4. Waktu pelaksanaan tanam paksa ternyata melebihi waktu tanam padi (tiga bulan) sebab tanaman-tanaman perkebunan memerlukan perawatan terus-menerus. 
  5. Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus dibayarkan kembali kepada rakyat ternyata tidak dikembalikan kepada rakyat. 
  6. Kegagalan panen tanaman wajib menjadi tanggung jawab rakyat/ petani. 
Adanya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tanam paksa membawa akibat yang memberatkan rakyat Indonesia. Akibat penyimpangan pelaksanaan tanam paksa tersebut antara lain: banyak tanah terbengkalai sehingga panen gagal, rakyat makin menderita, wabah penyakit merajalela, bahaya kelaparan melanda Cirebon dan memaksa rakyat mengungsi ke daerah lain untuk menyelamatkan diri. Kelaparan hebat juga terjadi di Grobogan yang mengakibatkan banyak kematian sehingga jumlah penduduk menurun tajam.

Tanam paksa yang diterapkan Belanda di Indonesia ternyata mengakibatkan aksi penentangan. Berkat adanya kecaman dari berbagai pihak, akhirnya pemerintah Belanda menghapus tanam paksa secara bertahap. Salah satu tokoh Belanda yang menentang sistem tanam paksa adalah Douwes Dekker dengan nama samaran Multatuli.
Dia menentang tanam paksa dengan mengarang buku berjudul Max Havelaar. Edward Douwes Dekker mengajukan tuntutan kepada pemerintah kolonial Belanda untuk lebih memperhatikan kehidupan bangsa Indonesia karena kejayaan negeri Belanda itu merupakan hasil tetesan keringat rakyat Indonesia. Dia mengusulkan langkah-langkah untuk membalas budi baik bangsa Indonesia. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Pendidikan (edukasi). 
  2. Membangun saluran pengairan (irigasi). 
  3. Memindahkan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang jarang penduduknya (transmigrasi).

Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Pemerintah Kolonial

Menjelang kedatangan bangsa Eropa, masyarakat di wilayah Nusantara hidup dengan tenteram di bawah kekuasaan raja-raja. Kedatangan bangsabangsa Eropa di Indonesia mula-mula disambut baik oleh bangsa Indonesia. Namun, lama-kelamaan, rakyat Indonesia mengadakan perlawanan karena niat jahat bangsa-bangsa Eropa itu mulai terkuak dan diketahui oleh bangsa Indonesia. Perlawanan-perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia disebabkan orang-orang Barat ingin memaksakan monopoli perdagangan dan berusaha mencampuri urusan kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Peristiwa Perlawanan terhadap Portugis

Setelah Malaka dapat dikuasai oleh Portugis pada tahun 1511, terjadilah persaingan dagang antara pedagang-pedagang Portugis dan pedagang di Nusantara. Portugis ingin selalu menguasai perdagangan. Maka, terjadilah perlawanan-perlawanan terhadap Portugis. Perlawanan tersebut antara lain sebagai berikut.
  • Sultan Ali Mughayat Syah (1514–1528) berhasil membebaskan Aceh dari upaya penguasaan bangsa Portugis. 
  • Sultan Alaudin Riayat Syah (1537–1568) berani menentang dan mengusir Portugis yang bersekutu dengan Johor. 
  • Sultan Iskandar Muda (1607–1636).  
Raja Kerajaan Aceh yang terkenal sangat gigih melawan Portugis adalah Iskandar Muda. Pada tahun 1615 dan 1629, Iskandar Muda melakukan serangan terhadap Portugis di Malaka.

Pada awalnya, Portugis diterima dengan baik oleh raja setempat dan diizinkan mendirikan benteng. Namun, lama-kelamaan, rakyat Ternate mengadakan perlawanan karena Portugis serakah, ikut campur dalam pemerintahan, membenci agama rakyat Ternate, dan bersikap sewenang-wenang.

Rakyat Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun bersatu dengan Tidore melawan Portugis sehingga Portugis terdesak. Pada waktu terdesak, Portugis mendatangkan bantuan dari Malaka dipimpin oleh Antoni Galvo sehingga Portugis mampu bertahan di Maluku.

Pada tahun 1565, rakyat Ternate bangkit kembali di bawah pimpinan Sultan Hairun. Portugis berusaha menangkap Sultan Hairun, tetapi rakyat bangkit untuk melawan Portugis dan berhasil membebaskan Sultan Hairun dan tawanan lainnya. Akan tetapi, Portugis melakukan tindakan licik dengan mengajak Sultan Hairun berunding. Dalam perundingan, Sultan Hairun ditangkap dan dibunuh. 

Perlawanan rakyat Ternate dilanjutkan di bawah pimpinan Sultan Baabullah (putra Sultan Hairun). Pada tahun 1574, benteng Portugis dapat direbut, kemudian Portugis menyingkir ke Hitu dan akhirnya menguasai dan menetap di Timor-Timur sampai tahun 1975. 

Berikut beberapa tokoh dari beberapa daerah yang memimpin perlawanan terhadap Belanda.

  • Sultan Hasanuddin dari Makassar
  • Pangeran Antasari dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan
  • Pattimura dari Maluku
  • Sisingamangaraja dari Sumatra Utara
  • Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten
  • Pangeran Diponegoro dari Yogyakarta
  • Silas Papare dari Papua 


Disclaimer :
Artiikel ini disadur dari buku paket tema 6. Tujuan pengunggahan artikel adalah untuk mempermudah proses pembelajran berbasis digital. Artikel ini juga akan mengalami pembaharuan secara berkala. Jadi jangan lupa untuk mengikuti website ini dengan cara follow atau subscribe.

Related Posts
Sugeng Riyanto
Aktif mengajar di SDN Cipinang Besar Selatan 08 Pagi. Purna PSP3 Kemenpora XXIV. Pernah menjadi sukarelawan UCFOS PK IMM FKIP UHAMKA. Kini tercatat sebagai salah satu guru penggerak angkatan 7. Penulis Buku "Pendidikan Tanpa Sekolah. Suka berpergian kealam bebas, Menulis berbagai jenis artikel.

Related Posts

Post a Comment