uCO8uJcd2NOW77jAZ4AbbiNUmGHcS2tFraLMRoIi

RANGKUMAN MATERI IPS TEMA 6 KELAS 5 SD

Sobat cer-dik.com pada kesempatan ini kita akan membahas tentang rangkuman materi tema 6 kelas 5 pelajaran IPS. Rangkuman ini terdiri dari beberapa materi bacaan diantaranya manusia dan lingkungan alam, Pengaruh Negatif Interaksi Manusia dengan Lingkungan Alamnya, Kehidupan Nelayan Pemburu Paus dan lain-lain.

Manusia dengan Lingkungan Alam

Semua makhluk hidup yang ada di bumi, melakukan hubungan dengan sesama makhluk hidup maupun dengan lingkungannya. Lingkungan alam terdiri atas benda mati dan makhluk hidup. Lingkungan alam merupakan sumber penghidupan bagi makhluk hidup, karena alam menyediakan semua kebutuhan makhluk hidup.

Benda mati dan makhluk hidup saling memengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Bahkan, antarkeduanya saling berkaitan. Salah satu bentuk hubungan antara benda mati dan makhluk hidup adalah jenis tanah, suhu, dan curah hujan di suatu tempat dapat memengaruhi jenis tanaman yang tumbuh dan hewan yang berkembang di daerah tersebut.

Makhluk hidup juga dapat memengaruhi benda mati. Contohnya daerah yang banyak tumbuhannya akan menyebabkan daerah tersebut menjadi lebih sejuk. Daerah yang masih banyak tumbuhannya cenderung memiliki air tanah yang baik dan berlimpah. Hal ini terjadi karena, tanaman membantu tanah untuk menahan air dan menyimpannya di dalam tanah dengan baik. Bagaimana dengan manusia?

Hubungan antara manusia dan lingkungan alam dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama hubungan yang membuat manusia harus dapat menyesuaikan diri dengan alam. Kedua adalah hubungan yang membuat manusia dapat memanfaatkan alam sekitarnya. Salah satu cara manusia untuk menyesuaikan diri dengan alam, adalah dengan mempelajari peristiwa alam yang ada di lingkungannya. Para petani harus menyesuaikan waktu tanam dengan musim hujan agar tanamannya dapat tumbuh dengan baik. Para nelayan memilih waktu untuk berlayar menyesuaikan dengan keadaan cuaca agar terhindar dari bencana dan memperoleh tangkapan ikan yang banyak.

Manusia juga harus dapat memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menggunakan iImu pengetahuan dan teknologi. Contohnya, untuk menanggulangi akibat kemarau panjang yang menyebabkan menurunnya hasil pertanian, manusia mencoba membuat hujan buatan. Pembuatan hujan buatan ini, tentu dengan menggunakan pengetahuan dan teknologi.

Pengaruh Negatif Interaksi Manusia dengan Lingkungan Alamnya

Manusia tidak dapat hidup tanpa mengandalkan lingkungan alamnya. Dari alam manusia memperoleh banyak manfaat untuk memenuhi kebutuhannya. Pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, merupakan bentuk-bentuk interaksi manusia dengan lingkungan alamnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memelihara alam sedemikian rupa, agar dapat dimanfaatkan dengan baik untuk memenuhi kebutuhan manusia dan mahluk hidup lainnya.

Tetapi, tidak semua interaksi manusia dengan alam berdampak baik bagi alam. Perilaku masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan misalnya, dapat merusak lingkungan alam di sekitarnya. Membuang sampah di sungai dan di laut, dapat merusak makhluk hidup lain yang ada di dalamnya. Tidak hanya itu, kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya dapat membahayakan manusia sendiri.

Interaksi manusia dengan lingkungan yang kurang baik, juga dapat menyebabkan beberapa bencana yang merugikan manusia dan lingkungannya. Contohnya, terjadi banjir karena saluran air yang terganggu oleh sampah dari kegiatan manusia merupakan salah satu contohnya. Demikian juga dengan bencana tanah longsor, disebabkan karena manusia sering menebang pohon di tanah yang landai. Kebakaran hutan karena kecerobohan manusia pun, menyebabkan kerusakan dan kerugian yang sangat besar.  

Kehidupan Nelayan Pemburu Paus

Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, merupakan salah satu desa nelayan tradisional yang menjadikan laut sebagai ladang kehidupan mereka. Laut adalah ibu yang memberikan kehidupan sejak zaman nenek moyang mereka. Dari hasil laut, masyarakat di desa ini telah berhasil mengirimkan anak-anak mereka untuk bersekolah dan pada akhirnya bekerja.

Masyarakat nelayan di desa Lamalera, memiliki tradisi berburu paus yang telah diturunkan bertahun-tahun oleh nenek moyang mereka. Tidak sembarang paus yang mereka buru, hanya paus yang sudah tua saja yang mereka buru. Jika mereka menemukan paus muda, masyarakat nelayan di desa ini akan mengembalikannya ke laut lepas. Mereka pun bersepakat secara adat bahwa dalam setahun, tidak boleh lebih dari 15 paus yang mereka buru. Dengan demikian, mereka tetap menjaga agar paus tidak punah.

Untuk berburu paus, para nelayan melakukan pemantauan dari bibir pantai dan dari atas bukit. Ada beberapa orang yang senantiasa berada di bukit itu untuk memantau, sambil melakukan kegiatan lainnya seperti memperbaiki jala, menganyam atap perahu dari daun lontar, memasak, atau membaca buku. Jika mereka melihat paus, mereka akan berteriak “baleo” yang berarti paus. Teriakan itu, membuat para nelayan yang berada di bibir pantai segera bersiap melaut. Mereka akan mengirimkan sebuah perahu untuk mengamati jenis dan umur paus. Jika mereka melihat paus itu layak ditangkap, mereka akan akan memanggil perahu-perahu lain untuk mendekat.

Daging dan minyak paus yang berhasil ditangkap kemudian akan dibagi ke seluruh warga desa. Pembagian diutamakan bagi janda dan yatim piatu, baru kemudian kepada penangkap paus, pemilik perahu, lalu kepada masyarakat lainnya. Daging dan ikan paus ini dapat ditukar dengan jagung, umbi-umbian, buah-buahan, dan sayuran dari masyarakat pegunungan. Kegiatan barter ini dilakukan di Pasar Wulandoni, sekitar 3 km dari Lamalera.

Festival Mane’e, Tradisi Nelayan di Pantai Malo

Festival Mane’e, merupakan tradisi adat untuk penangkapan ikan. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Pantai Malo, Kokorotan, Sulawesi Utara. Ritual ini biasa disebut dengan ritual menangkap ikan dengan doa-doa dalam bahasa adat kuno. Mereka berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar nelayan mendapatkan tangkapan yang banyak, dan mendapatkan perlindungan agar terhindar dari bahaya.
Penangkapan ikan dimulai dengan berkumpulnya para pemuka adat bersama perwakilan pemerintah setempat. Mereka bermusyawarah untuk menentukan tanggal yang tepat untuk melakukan ritual mane’e. Selanjutnya, para pemuka adat ini akan memanjatkan doa-doa dalam bahasa adat kuno. Sementara, masyarakat lainnya mengumpulkan tali dan janur (daun kelapa yang masih muda) untuk dibuat jaring yang disebut dengan sammy.   

Tibalah hari yang ditentukan untuk melaksanakan ritual mane’e. Para pemuka adat dan pemerintah setempat, membawa sammy ke Pantai Malo. Beramai-ramai mereka menariknya sepanjang mungkin ke arah laut hingga membentuk sebuah kolam. Ketika ikan-ikan telah banyak terperangkap ke dalam sammy, masyarakat pun mulai menangkapnya. Hasil tangkapan ikan ini akan disantap bersama dalam pesta rakyat yang digelar saat itu. Ada hal yang menarik sepanjang ritual hingga pesta rakyat ini, yaitu masyarakat dilarang mengenakan pakaian berwarna merah sebagai pantangan.

Ritual seperti ini masih dilaksanakan hingga kini. Masyarakat meyakini ritual ini sebagai ucapan syukur dan permohonan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, kegiatan ini mengandung nilai-nilai kebersamaan antar anggota masyarakat dan kepedulian untuk memelihara laut sebagai sumber kehidupan masyarakat. Nilai-nilai kerja sama, persatuan dan kesatuan pun, sangat bisa dirasakan sepanjang persiapan hingga dilaksanakannya ritual ini. 

Kehidupan Nelayan Indonesia

Perhatikanlah gambar di atas. Para nelayan dan pedagang ikan bertemu di sebuah tempat pelelangan ikan di salah satu tempat di Banda Aceh, Provinsi Nangroe Aceh Darusalam. Tempat pelelangan ikan merupakan tempat bertemunya para pembeli ikan dan para nelayan yang telah menangkap ikan. Para pembeli di pelelangan ikan, biasanya adalah para pedagang. Mereka akan menjual kembali hasil tangkapan para nelayan ini, kepada para konsumennya.

Tempat pelelangan ikan ramai setiap hari pada musim tangkap ikan. Akan tetapi, jika gelombang laut sedang besar dan cuaca buruk, tempat ini menjadi sepi. Para nelayan tidak dapat melaut, sehingga mereka tidak punya hasil tangkapan yang bisa dijual. Begitulah kehidupan para nelayan.

Para nelayan juga harus memelihara laut tempat mereka mencari ikan. Mereka tidak menggunakan zat berbahaya seperti racun dan bom ikan yang akan memusnahkan isi laut. Mereka menggunakan peralatan sederhana, seperti jala ikan biasa dan menggunakan perahu nelayan tradisional. Ketika perahu mereka telah penuh dengan muatan ikan, mereka akan kembali ke pantai untuk menjual tangkapan mereka. Mereka harus memastikan laut mereka tidak tercemar oleh zat-zat berbahaya yang dapat mengancam kehidupan biota laut dan kehidupan mereka sendiri.

Kehidupan para nelayan pun diwarnai dengan serangkaian kegiatan yang telah diturunkan dari nenek moyang mereka. Beberapa kegiatan seperti Perayaan Petik Laut dilakukan untuk memberikan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Acara ini pun dimaksudkan agar mereka terlindung dari bahaya dan laut menghasilkan banyak ikan untuk ditangkap. 

Kegiatan Pelelangan Ikan

Kegiatan pelelangan ikan merupakan sebuah kegiatan pertemuan antara para nelayan penangkap ikan sebagai penjual ikan dengan para pembeli, yang biasanya adalah para pedagang ikan. Dalam pelelangan ikan, para pembeli akan melakukan penawaran secara langsung yang dibantu oleh juru lelang. Para juru lelang ini akan menawarkan harga, dari harga paling rendah yang ditentukan penjual. Lalu para pembeli akan melakukan penawaran. Pembeli dengan harga penawaran tertinggi akan mendapatkan barangnya.

Para penjual adalah para nelayan yang biasanya menangkap ikan di laut secara berkelompok. Hasil tangkapan ikan segar mereka, akan dibawa ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) untuk ditimbang, lalu diletakkan berjajar dengan hasil tangkapan nelayan yang lain. Setelah semua hasil tangkapan ikan diletakkan dan semua pembeli siap melakukan pelelangan, juru lelang akan memulai proses jual beli. Kegiatan pelelangan ini biasanya hanya berlangsung beberapa jam saja, karena ikan segar harus segera dipasarkan. Para nelayan penangkap ikan, berharap hasil tangkapannya akan mendapatkan harga yang layak untuk memenuhi hidup keluarganya. Hasil penjualan ikan ini pun, harus dibagi dengan nelayan dalam kelompoknya.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) biasanya dibangun di daerah pelabuhan ikan, dimana para nelayan biasa berlabuh untuk membawa hasil tangkapannya. TPI biasanya dibangun oleh pemerintah setempat dengan tujuan untuk melindungi para nelayan agar hasil tangkapannya mendapatkan harga yang baik untuk memenuhi kehidupan keluarganya. 

Pembeli ikan di tempat pelelangan, biasanya adalah pedagang besar yang akan menjual kembali hasil lelang ikan ke pasar-pasar. Para pembeli ikan ini tidak hanya berasal dari daerah setempat, bisa juga berasal dari tempat yang lain. Para pedagang ikan ini, akan menjual hasil laut terutama ke daerah-daerah yang jauh dari pantai, seperti di kota atau di daerah pegunungan. Oleh karenanya, para pedagang ini memerlukan alat transportasi untuk membawa barang dagangannya ke daerah-daerah lain yang membutuhkan.    

Sejarah Termos

Hampir semua keluarga memiliki termos di rumahnya. Termos memang sering digunakan untuk menyimpan air panas agar tetap panas saat digunakan. Biasanya keluarga yang memiliki bayi yang memerlukan susu setiap saat, menggunakan termos untuk menyimpan air panas. Termos adalah sebuah benda yang biasanya berbentuk tabung seperti botol yang mempunyai dinding berlapis. Benda ini dirancang berbentuk seperti kaca dengan bahan mengkilap yang dapat menyimpan cairan agar tetap memiliki suhu seperti semula. Dengan dinding dalam termos yang dirancang seperti kaca, maka kalor yang terdapat pada air panas tersebut tidak bisa berpindah dengan cepat. Panas yang dikeluarkan oleh air panas tadi, dapat ditahan oleh dinding dalam termos yang terbuat dari bahan mengkilap ini. Sehingga air panas di dalamnya akan tetap hangat hingga beberapa saat tergantung dari ketebalan dindingnya. Saat ini termos tidak hanya digunakan untuk menyimpan air panas, tetapi juga untuk menyimpan air dingin agar tetap dingin.
Pencipta termos pertama kali pada tahun 1902 adalah James Dewar. Penemuannya didorong oleh kebutuhannya untuk menjaga agar minuman bayinya tetap hangat. Tetapi saat itu, untuk menjaga suhu minuman agar tetap hangat merupakan hal yang sulit dilakukan, terutama dalam kondisi cuaca yang dingin seperti di Eropa.

Karena kebutuhan inilah, James Dewar menemukan cara membuat botol hampa udara. Botol hampa udara, merupakan wadah dari kaca berdinding ganda dengan ruang di antara dindingnya dikosongkan dan ditutup rapat untuk mencegah agar panas tidak menjalar. Sementara dinding sebelah dalam botol tersebut, dilapisi perak untuk mempertahankan panas. Botol hampa udara itulah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya termos. Botol hampa udara buatan James Dewar dan penutup wol buatan mertuanya sampai sekarang dapat dilihat di Museum Ilmu Pengetahuan, di London. 

Peran Masyarakat terhadap Lingkungan Sosial Budaya

Masyarakat Indonesia, merupakan masyarakat yang selalu menghargai warisan budaya nenek moyangnya. Bentuk penghargaan tersebut, antara lain ditunjukkan dengan kebiasaan melakukan kegiatan tradisi dalam kehidupannya. Mulai dari peristiwa kelahiran hingga kematian, terdapat tradisi yang terus dijalankan hingga kini.

Tidak dimungkiri bahwa ada kecenderungan masyarakat untuk mengurangi kegiatan tradisinya dengan berbagai alasan. Akan tetapi, kesadaran masyarakat untuk kembali menghidupkan tradisi-tradisi nenek moyang kembali meningkat. Tempat-tempat wisata adat, menjadi salah satu tempat yang sering dikunjungi masyarakat pada saat liburan. Tempat-tempat wisata yang mengusung tema kembali ke masa lalu dan kembali ke alam, menjadi salah satu tujuan wisata yang digemari. Pemerintah dan masyarakat adat, menetapkan beberapa desa menjadi desa adat yang dikelola dan dilindungi pemerintah untuk mempertahankan nilai budaya masyarakat adat tersebut.

Keberadaan desa adat, memang beranjak dari keinginan untuk tetap memelihara peninggalan nenek moyang dengan mempertahankan nilai dan kegiatan tradisional. Nilai dan kegiatan tradisi nenek moyang bangsa Indonesia, selalu menghargai alam sebagai sumber kehidupan. Terdapat beberapa desa adat di Indonesia yang dipelihara, dilindungi, dan dijaga baik oleh masyarakat setempat maupun oleh pemerintah setempat. Desa Adat Bena di Ngada, Nusa Tenggara Timur, Desa Adat Sade di Lombok, Desa Adat Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur, Desa Adat Kampung Naga di Tasikmalaya, Desa Adat Terunyan di Bali, Desa Adat Pariangan, Tanah Datar di Sumatra Barat, merupakan beberapa contoh desa adat yang dipertahankan keberadaan dan keasliannya hingga kini.

Ada juga beberapa desa adat dan kehidupan masyarakat asli yang diperkenalkan ke masyarakat luas, melalui beberapa orang setempat yang peduli untuk mempertahankan nilai budaya dan kegiatan tradisinya. Salah satunya adalah Desa Adat Osing di Kemiren, Banyuwangi yang diperkenalkan ke masyarakat luas melalui seorang ahli kopi setempat. Desa ini, dikelola untuk mempertahankan tradisi Masyarakat Osing sebagai suku asli masyarakat Banyuwangi. Andrea Hirata juga dikenal melakukan usaha untuk mengangkat dan mempertahankan pusaka tradisi mayarakat desa Gantong Belitung di Sumatra Selatan. Melalui novelnya yang sangat terkenal “Laskar Pelangi”, Andrea memperkenalkan kehidupan masyarakat Melayu yang tinggal di Desa Gantong, tanah kelahirannya.

Perajin Batik Osing

Masyarakat Osing yang tinggal di daerah pesisir ujung timur Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Banyuwangi, telah lama melakukan kegiatan membatik. Kegiatan ini, umumnya dilakukan dalam skala industri rumah tangga. Setiap kelompok pembatik, bisa memiliki motif sendiri yang menjadi keunikan dari kelompok tersebut.

Dengan semakin tingginya minat masyarakat umum terhadap batik, para pelaku industri batik di Banyuwangi pun melakukan banyak terobosan. Salah satunya adalah mengembalikan pemakaian bahan pewarna alami untuk batik mereka. Bahan-bahan yang digunakan adalah berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar rumah perajin, seperti daun krangkong (sejenis kangkung), daun lamtoro, daun mangga, jati, jengkol, kulit kopi, daun ketepeng, putri malu, dan kumis kucing.

Untuk semakin memperkaya penggunaan pewarna alam dan memperbanyak kreasi motif, desainer nasional Merdi Sihombing dilibatkan. Ia diminta oleh pemerintah daerah setempat untuk melatih para perajin batik di Banyuwangi yang mayoritas adalah usaha sangat kecil, usaha kecil, dan menengah (UMKM). Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pelatihan yang memadukan antara desainer nasional dan para perajin lokal dilakukan secara berkala dalam rangkaian menuju Banyuwangi Batik Festival (BBF) dan Swarna Fest yang digelar pada 9 Oktober 2016 lalu. BBF adalah agenda tahunan Banyuwangi untuk mendorong geliat industri batik. Adapun Swarna Fest adalah ajang unjuk kreasi industri tekstil berpewarna alam yang digagas oleh Kementerian Perindustrian.

”Kami terus mendukung usaha para pembatik untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas batiknya. Hal ini, akan memberikan pengaruh meningkatnya tingkat ekonomi perajin dan pada pembangunan sosial budaya masyarakat setempat. Dengan batik pewarna alam, para perajin bisa lebih untung karena harga jual batik menjadi lebih tinggi. Apalagi bahan pewarnanya mudah sekali didapatkan di sekitar kediaman para pembatik,” jelas Pak Bupati.

Salah satu perajin batik Banyuwangi dari Sanggar Sekar Bakung, sangat antusias dengan pemakaian pewarna alam ini. Ia dan rekanrekannya mendapatkan banyak manfaat dari pelatihan ini. Salah satunya adalah ia dapat memanfaatkan bahan alami di sekitarnya untuk dijadikan bahan pewarna alami batiknya. Dengan demikian ia tetap dapat memelihara lingkungannya karena pewarna yang ia gunakan sangat ramah lingkungan. Tidak seperti pewarna kimia yang limbahnya dapat merusak lingkungan sekitar.  

Permasalahan Sosial di Sekitar Kita

Setiap warga negara, mempunyai tanggung jawab yang harus dilaksanakan sesuai perannya di dalam masyarakat. Salah satu bentuk tanggung jawabnya adalah melaksanakan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara. Nilai-nilai dalam Pancasila, menjamin terjadinya masyarakat yang saling menghargai demi kepentingan bersama. 

Apa saja akibat yang akan terjadi bila anggota masyarakat tidak melaksanakan tanggung jawabnya? Salah satu akibatnya adalah terjadinya masalah sosial. Berikut ini adalah jenis-jenis permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat

Sampah 

Salah satu kebiasaan tak terpuji adalah membuang sampah sembarangan. Misalnya, siswa membuang bungkus permen dan makanan di ruang kelas, di halaman sekolah atau di selokan dekat sekolah. Warga masyarakat membuang sampah dapur di parit, di saluran air atau di sungai. Sampah pasar, sampah toko, dan sampah kantor, banyak berserakan sampai ke jalan raya, karena tak tertampung di bak sampah. Hal ini terjadi, karena banyak orang tidak bertanggung jawab menjaga lingkungan mereka dengan membuang sampah sembarangan. Sampah yang bertebaran di sekolah mengurangi keindahan sekolah karena tidak sedap dipandang dan mengganggu kegiatan belajar mengajar. Hal ini mengurangi kenyamanan para siswa yang belajar di sekolah. Sampah yang berserakan di jalan raya, mengakibatkan jalan tampak sempit. Jalan menjadi kotor dan licin. Arus lalu lintas kendaraan menjadi tidak lancar, dan membahayakan para pengguna jalan. Hal ini memengaruhi kenyamanan dan keamanan para pengguna jalan tersebut.

Kali atau Sungai yang Kotor 

Kali atau sungai kadang-kadang dijadikan tempat pembuangan sampah bagi warga masyarakat. Pabrik-pabrik atau industri-industri, juga banyak yang membuang limbah ke kali tanpa diolah terlebih dulu. Sementara itu, ada juga orang-orang yang mendirikan bangunan di bantaran kali. Semua ini membuat kali menjadi kotor dan daya tampungnya berkurang. Akibatnya, pada musim penghujan air kali meluap. Menggenangi daerah sekitar, sawah-sawah dan permukiman penduduk. Menurunnya kualitas lingkungan sekitar dan banjir yang diakibatkannya membuat masyarakat merasa tidak nyaman.  

Bangunan Liar 

Bangunan liar sering kita jumpai berada di atas saluran air, di trotoar, di taman-taman kota dan di kolong-kolong jalan layang. Pada umumnya bangunan liar berupa bangunan sementara yang didirikan di tempat yang tidak seharusnya. Hal ini akan menyebabkan masalah kesehatan dan kebersihan lingkungan yang menimbukan ketidaknyamanan masyarakat pada umumnya.

Kemacetan Lalu Lintas 

Kemacetan lalu lintas sering terjadi pada saat jam berangkat sekolah atau jam berangkat kerja. Salah satu penyebab kemacetan lalu lintas antara lain banyak pengguna jalan yang tidak melakukan kewajibannya untuk menaati aturan lalu lintas. Hal tersebut dapat menimbulkan ketidakamanan dan ketidaknyamanan para pengguna jalan dan masyarakat sekitarnya.

Usaha Bolu Meranti Medan

Ada yang bilang, kalau pulang dari Medan tanpa membawa Bolu Meranti, berarti ia tidak benar-benar pergi ke Medan. Ya, siapa yang tidak tahu Bolu Meranti? Tetapi ternyata, bolu ini menjadi oleh-oleh khas Medan mulai tahun 2000-an. Sebelum itu, orang tidak tahu apa-apa tentang oleh-oleh tersebut.

Bolu Meranti adalah makanan berupa bolu gulung berbahan dasar telur dan tepung yang diisi berbagai macam isian. Untuk membuat bolu ini, diperlukan oven untuk memanggang adonan yang telah dibuat sebelumnya. Saat ini ada berbagai isian untuk bolu ini. Ada isian keju, cokelat, moka, stroberi, dan kacang. Nama Meranti berasal dari nama jalan di mana bolu ini pertama kali dijual untuk umum. Bolu ini memiliki rasa yang khas, lembut, dan cukup tahan lama meskipun tidak menggunakan bahan pengawet. Siapakah orang di belakang bolu terkenal ini?

Seorang ibu bernama Ai Ling suatu hari menitipkan bolu buatannya di toko milik salah satu kerabatnya yang berlokasi di Jalan Meranti. Ai Ling yang sedari muda dikenal suka memasak dan membuat kue ini, lama-kelamaan kewalahan dengan pesanan bolu yang dibuatnya. Hingga suatu saat ia membuka gerai sendiri di tempat yang lain. Namun, ia tetap menggunakan nama Meranti sebagai nama bolunya untuk menjaga agar pelanggannya ingat akan bolu buatannya.

Ai Ling tidak menyangka usahanya ini dapat membuat Kota Medan semakin terkenal. Banyak orang telah mendapatkan manfaat dari usahanya membuat bolu. Bahkan ia pun membuka gerai di Bandar Udara Internasional Kualanamu untuk memudahkan pelanggan mendapatkannya sebagai oleh-oleh khas Kota Medan

Masalah Sosial di Sekitar Kita

Dengan semakin majunya media informasi baik cetak maupun elektronik, dengan mudah masyarakat mengetahui peristiwa yang terjadi di tempat-tempat lainnya. Tidak terkecuali berita-berita tentang permasalahan sosial yang sering diberitakan. Beberapa masalah sosial seperti pencemaran lingkungan, rusaknya atau buruknya fasilitas umum, perilaku tidak disiplin, merupakan masalah sosial yang sering terjadi.

Pencemaran lingkungan, terjadi karena masyarakat membuang bahan-bahan berbahaya secara sembarangan ke lingkungan alam. Pencemaran limbah cair ke sungai-sungai, dapat mencemari air sungai yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat yang menggunakannya. Pencemaran udara juga dilakukan oleh kendaraan yang sudah tidak layak jalan, sehingga mencemari udara dengan bahan berbahaya seperti timbal dan karbon monoksida. Selain itu, masih ada pabrik-pabrik yang membuang limbahnya melalui udara. Pencemaran pada tanah juga terjadi, karena masyarakat membuang bahan berbahaya yang dapat membunuh organisme di dalam tanah yang diperlukan oleh tumbuhan.

Fasilitas umum biasanya disediakan oleh pemerintah yang digunakan untuk keperluan masyarakat. Fasilitas umum yang mudah dijumpai, antara lain fasilitas umum sebagai sarana transportasi, sarana pendidikan, dan sarana kesehatan. Kendaraan umum, terminal, pelabuhan, merupakan beberapa contoh sarana transportasi. Gedung sekolah, museum, gedung olahraga merupakan contoh sarana pendidikan. Sedangkan rumah sakit, apotek, puskesmas merupakan contoh sarana kesehatan. Seringkali masyarakat kurang memelihara fasilitas-fasilitas umum tersebut, sehingga tidak terawat dan rusak. Ketika fasilitas umum itu rusak maka hak orang lain untuk menggunakannya akan terhambat. Dengan memelihara dan melaporkan kerusakan, masyarakat dapat menjaganya agar dapat digunakan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menjumpai banyak sekali perilaku tidak disiplin, misalnya di jalan raya. Kecelakaan lalu lintas dan kemacetan, merupakan salah satu akibat dari perilaku tidak disiplin. Contoh perilaku tidak disiplin antara lain: menjalankan kendaraan dengan melawan arus. Mengendarai sepeda motor di tempat yang tidak semestinya, misalnya di trotoar atau jembatan penyeberangan. Memarkir kendaraan di sembarang tempat, berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang di sembarang tempat, serta menyeberang jalan secara sembarangan, tidak menggunakan jembatan penyeberangan. 
Related Posts
Sugeng Riyanto
Aktif mengajar di SDN Cipinang Besar Selatan 08 Pagi. Purna PSP3 Kemenpora XXIV. Pernah menjadi sukarelawan UCFOS PK IMM FKIP UHAMKA. Kini tercatat sebagai salah satu guru penggerak angkatan 7. Penulis Buku "Pendidikan Tanpa Sekolah. Suka berpergian kealam bebas, Menulis berbagai jenis artikel.

Related Posts

Post a Comment