uCO8uJcd2NOW77jAZ4AbbiNUmGHcS2tFraLMRoIi

Mulai dari diri 1.3 – Sugeng Riyanto

 


Mulai dari diri 1.3 – Sugeng Riyanto #4 catatan harian guru penggerak

Tulisan ini merupakan kumpulan dari tugas melakukan refleksi mulai dari diri di modul 1.3. Tugas ini saya publish karena sangat berkesan dan mendalam bagi saya. Tulisan ini saya buat bukan hanya unutk pemenuhan tugas belaka namun juga sebagai pengingat arah dan tujuan saya menjadi seorang guru.

Refleksi 1 gambaran tentang murid 5 – 10 mendatang.

Jika kita bicara pendidikan maka kita akan bicara tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan. Masa lalu diwakili dengan guru sebagai seorang pendidik. Masa kini atau sekarang diwakili oleh pelajaran kontekstual yang terjadi atau materi pembahasannya. Sementara masa depan diwakili oleh murid.

Murid adalah anak-anak ideologis para gurunya. Pemahaman, cara pandang, pola pikir guru secara langsung akan menjadi barometer (tolak ukur). Hal itu terjadi begitu lama dan panjang dalam proses pembelajaran hari demi hari. Dengan demikian tak heran murid akan berprilaku menyerupai gurunya dalam memandang, menganalisis dan bersikap tentang suatu hal dan permasalahan.

Murid sejatinya memiliki kodrat serta takdirnya masing-masing. Walaupun sudah menjadi kodrat dan ketetapan. Namun banyak hal yang mempengaruhi sebelum semua itu menjadi kodrat atau takdir. Salah satunya adalah harapan.

Harapan adalah kunci dari semangat. Meminjam istilah group band Nidji “mimpi adalah kunci” yang dalam hal ini mimpi dan harapan memiliki sebuah kesamaan. Keduanya tentu ingin sebuah kebahagiaan dan keselamatan hakikih.

Maka, jika kita bicara harapan guru tentu kita akan bicara tentang masa depan. Jika kita bicara tentang masa depan maka yang terlintas adalah “murid”. Mengapa murid? Karena mereka yang memegang masa depan.

Bicara tentang harapan ada beberapa harapan yang diam-diam tertanam dibenak saya kepada murid-murid saya 5 sampai 10 tahun kedepan. Harapan tersebut diantaranya akan saya coba tuangkan pada refleksi 1 ini.

Pertama adalah harapan pada murid saya sebagai individu. Sebagai seorang individu saya berharap mereka memiliki sikap berani, kritis, kreatif, inovatif, solutif, dan tidak pantang menyerah serta bertanggungjawab. Mengingat kedepan zaman yang akan mereka hadapi adalah zaman yang penuh dengan tantangan. Maka saya berharap empat sikap ini hadir dalam diri mereka.

Kedua adalah harapan pada murid sebagai kelompok sosial. Sebagai manusia yang tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain (kecuali tarzan) maka saya berharap mereka dapat menjadi pribadi yang hangat ditengah masyarakat.

Saya berharapa 5 sampai 10 tahun kedepan mereka mampu menjadi pemimpin di levelnya baik organisasi sekolah atau kepemudaan di masyarakat. Mereka dapat berkerjasama dan berkolaborasi dengan orang-orang sekitarnya untuk mendorong perubahan dan kemajuan. Menjadi pribadi yang anggun dalam moral serta unggul dalam intelektual.

Kemampuan leadership yang dibarengi dengan keanggun dalam moral serta unggul dalam intelektual saya harap menjadi oase citra pemuda dalam hidup bermasyarakat yang belakangan mendapat steriotip negatif. Mengingat kemajuan zaman sering menggerus nilai moral dan kepekaan sebagai makhluk sosial kearah yang tidak diinginkan.

 

Refleksi 2 - Mimpi dan Keyakinan

Melanjutkan dari refleksi satu akhirnya, saya mencoba mendalami diri dengan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang apa dan bagaimana murid, saya, guru lain dan sekolah.

Saya memimpinkan murid-murid yang beriman, bertakqa, berani (penuh percaya diri), bersemangat, penuh rasa ingin tahu, menjunjung etika, moral, dan kepekaan terhadap perkembangan zaman. Murid yang memiliki profil Pancasila (bertakwa kepada tuhan yang mahas esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berbhineka global, bergotong royong, kreatif) mampu berkompetitif dengan murid-murid dari negara lain.

Saya percaya murid adalah orang-orang yang berbeda dengan saya. Mereka manusia-manusia yang dipilih dan terpilih. Dan kita ditakdirkan untuk saling bertemu saling melanjutkan dan melengkapi gagasan dan tindakan generasi sebelumnya kearah yang lebih baik.

Di sekolah, saya mengutamakan mengajarkan cara mereka belajar dan bagaimana mereka mencintai “belajar”. Saya mencoba mengajarkan bagaimana cara belajar yang tepat. Sebelum belajar saya melakukan test kecil untuk mengetahui gaya belajar dominan yang dimiliki oleh anak. Lalu mencoba memberikan penjelasan dengan bahasa yang ringkas dan mudah dipahami kepada mereka dan orang tua mereka.

Murid di sekolah saya sadar betul bahwa pendidikan adalah salah satu kunci mencapai harapan yang mereka cita-citakan. Banyak dari mereka yang memiliki cita-cita yang kuat, namun mereka masih belum paham bagimana cita-cita itu diraih dan apa saja yang harus dilakukan.

Saya dan guru disekolah saya yakin untuk terus mendorong pada murid berani tampil menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Melalui pembelajaran di kelas maupun kegiatan di luar kelas kami berharap dapat terus memberikan fasiltas untuk anak dapat mengembangkan bakatnya dengan optimal.

Saya dan guru lain di sekolah saya paham bahwa setiap orang memiliki keunggulan dan keterbatasan. Hal tersebut juga berlaku pada guru sebagai seorang pendidik. Maka untuk mencapai tujuan kita harus saling berkerjasama dengan baik.

Refleksi 3 -  Visi dan Cita-cita

Apa makna pernyataan visi bagi Bapak/Ibu?

Visi adalah sebuah gagasan besar yang terus menerus diusahakan agar tercapai. Sebuah visi merupakan sebuah kondisi yang sangat ideal bahkan terkadang terdengar utopis. Namun visi bukan berarti tidak dapat diwujudkan. Untuk mewujudkan sebuah visi maka kita membutuhkan beberapa misi. Misi adalah beberapa fase atau tahapan yang harus dicapai untuk meraih “ke-ideal-an” visi.

Apa harapan, cita-cita Bapak/Ibu untuk murid, rekan pendidik, komunitas sekolah, kehidupan masyarakat di daerah Bapak/Ibu, dan bangsa-negara Indonesia?

Selanjutnya, beberapa harapan yang saya coba tuangkan kembali. Pertama, harapan saya kepada murid adalah menjadi sosok yang bertakwa kepada tuhan, memiliki akhlak mulia, serta memiliki nilai kompetitif serta kolaboratif terhadap lingkungan dan perkembangan zaman.

Harapan kedua adalah untuk rekan pendidik. Untuk mewujudkan harapan kepada murid tentu tidak dapat dikerjakan sendiri dan bukan dalam waktu singkat. Maka harapan saya untuk rekan pendidikan adalah mau dan semangat serta istiqomah dalam berkolaborasi dan mengeksplorasi gagasan yang berorientasi pada kepentingan dan perkembangan murid.

Harapan ketiga adalah untuk komunitas sekolah. Setiap ekosistem lahir dari kumpulan komunitas. Komunitas merupakan wadah interaksi dan komunikasi antara setiap ekosistem bahkan dikerucutkan lagi menjadi entitas atau individu. Harapan saya untuk komunitas adalah dalam menjadi wadah yang menyelaraskan, menuntun, dan melindung setiap entitas yang ada didalamnya sebagai sebuah bentuk keseimbangan.

Harapan keempat yang sangat luas yaitu kepada masyarakat serta bangsa dan negara. Masyarakat serta bangsa dan negara dapat menjadi pihak yang berperan proaktif dalam kemajuan pendidikan bukan sebaliknya. Kedua komponen ini harus mau terlibat baik dalam segi kebijakan yang pro kemajuan, pelaksanaan, serta pengawasan berjalannya lembaga pendidikan.

Apa yang selama ini jadi keyakinan bersama dan menyatukan sekolah kita?

Kenyakinan selama ini yang meyantukan sekolah itu adalah “pendidikan adalah masa depan”. Melalui pendidikan kemajuan dan kemunduran sebuah bangsa akan ditentukan. Dan arti masa depan bangsa adalah murid. Maka secara tidak langsung yang menyatukan kita adalah murid. Dengan adanya murid maka guru berusahan untuk memberikan pendampingan terbaiknya.

Apa yang diharapkan menjadi pembeda antara murid di sekolah Bapak/Ibu dengan murid di sekolah lain?

Setiap komunitas memiliki corak yang menjadi identitas atau profil. Profil atau identitas adalah sesuatu yang membuat orang mudah untuk dikenali. Dengan kata lain identitas adalah pembeda antara satu dengan yang lainnya.Sebagai sebuah komunitas corak yang saya harap hadir pada diri setiap siswa adalah mereka dapat bertakwa dan mengimplentasikan ketakwaanya dalam bentuk pengamalannya (akhlak mulia), mereka mampu menampakan kemandiriannya, bergotong royong, bernalar kritis serta memiliki sifat kebinekaan universal serta kreatif.

Apa kontribusi orang dewasa dan para pemangku kepentingan di sekolah kita dalam mewujudkan murid dengan Profil Pelajar Pancasila?

Kontribusi pemangku kepentingan dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila adalah memberikan rambu-rambu dan regulasi yang jelas untuk mewujudkannya. Misalnya melalui program kegiatan, peraturan sekolah, hingga pembiasaan sehari-hari. Dengan adanya regulasi yang jelas setiap entitas yang ada pada lingkungan sekolah dapat memahami kapan harus diam dan kapan harus melangkah bersama.

Selain pemangku kepentingan peran orang dewasa di sekolah guna mewujudkan murid dengan profil perlajar Pancasila beperan penting. Selain sebagai role model dalam penerapan profil pelajar Pancasila mereka juga dapat menjadi penuntun bagi anak-anak. Selain itu dengan kemampuan berpikir yang sudah berkembang, mereka juga mampu menganalisis, mengevaluasi, dan memberikan opsi solusi dari masalah yang terjadi di lingkungan sekolah.

 

Visi

Membentuk sekolah sebagai ruang kolaborasi yang berorentasi pada terwujudnya profil pelajar Pancasila.

 

Related Posts
Sugeng Riyanto
Aktif mengajar di SDN Cipinang Besar Selatan 08 Pagi. Purna PSP3 Kemenpora XXIV. Pernah menjadi sukarelawan UCFOS PK IMM FKIP UHAMKA. Kini tercatat sebagai salah satu guru penggerak angkatan 7. Penulis Buku "Pendidikan Tanpa Sekolah. Suka berpergian kealam bebas, Menulis berbagai jenis artikel.

Related Posts

Post a Comment