uCO8uJcd2NOW77jAZ4AbbiNUmGHcS2tFraLMRoIi

“Sholat dan Ilmu, Pintar tanpa Belajar”


“Sholat dan Ilmu, Pintar tanpa Belajar”

Pak Paijo adalah sapaan akrab  anak-anak muridnya, Namanya adalah Supaijo Sutoyo lulusan S-1 Universitas Swata ternama di Ibukota. Usianya kira-kira 35 tahunan saat itu. Pak Paijo pernah bercrita di depan kelas saat kami mulai bosan belajar karena soal semakin bertambah susah, sementara mengerti satu soal saja sudah terlalu payah.

Saat itu, Ami teman kelas ku yang badannya lebih kecil dari ku itu terlihat sangat tidak tertarik dengan pelajaran. Walaupun Ami memiliki badan yang kecil tapi jujur kami semua takut dengannya. Pak Paijo melihat Ami akan membuat ulah dengan memimbukan suara gaduh.

Suara gaduh itu berasal dari percakapan dengan teman belakang meja yang terlalu keras volumenya.

Kebiasaan Pak Paijo adalah ketika ia, menasehati satu orang maka nasehat itu berlaku untuk satu kelas. Yang paling aku senangi ketika Pak Paijo berbicara adalah ia menggunakan Bahasa yang mudah untuk dimengerti dan perumpamaan yang dekat dengan kami. 

Kala itu Pak Paijo memulai percakan dengan menanyakan pada kami dengan suara yang lantang “Anak-anak bapaknya yang berbahagia dan berbahaya, siapa yang tadi solat subuh?”. Kebetulan semua siswa menganut agama islam. 

Beberapa siswa mengangkat tangan, kala itu sekitar 13 siswa yang mengangkat tangannya. “Alhamdulillah, bagus. Lalu siapa yang sholat di subuh di Masjid atau Musolah?” lanjut Pak Paijo melontarkan pertanyaan. Tak satupun anak yang mengangkat tangannya. 

Aku memperhatikan dari jauh dan ku pastikan benar tak ada yang mengangkat tangan. Lalu Pak Paijo berkata “Semoga besok ada siswa yang sholat subuh di Masjid”. “Aamiin” jawab kawan-kawan serentak, sebagian berdoa agar terkabul sebagian hanya berteriak membuang bosan.

    Lalu Pak Paijo berkata, “Anak-anak, apakah orang tua mu gak bangun kalian sholat subuh ?, jika orang tua kamu sayang sama kalian pasti kalian dibangunin sholat subuh, atau orang tua kalian juga gak sholat subuh?”.

 Aku diam-diam mengangguk karena tak sekalipun ayah ku membangunkan ku untuk sholat subuh, kecuali ketika diawal Ramadhan. “Siapa di sini yang dimarahi orang tuanya ketika dapat nilai jelek?” Tanya Pak Paijo. Hampir semua siswa mengacungkan tangannya. “Woww” Pak Paijo terkejut, lalu Pak Paijo kembali bertanya “Siapa yang disini dimarahi jika tidak solat?”.

  Hanya lima siswa yang mengacukan tangan, soleh, amir, andi, agung dan salma. “Kapan terakhir kalian dimarahi karena tidak sholat” lanjut Pak Paijo bertanya pada mereka. Salma menjawab “sekira satu bulan lalu Pak, tapi sekarang udah enggak”. “ooow” Kata Pak Paijo, “Kalau kamu Gung”, Pak Paijo menanyakan

Kepada Agung yang tadi juga tunjuk tangan. “Pas Jum’at Pak, waktu itu pas libur saya asik main hape sampe lupa sholat jum’at” balas Agung. Dan tiga jawaban teman ku adalah lupa, karena sudah lama tidak dimarahi orang tuanya dan sangat jarang.

“Tapi sekarang orang tua kalian sudah gak ngomel-ngomel lagikan?” semua mengangguk, “walaupun gak sholat” sela Pak Paijo melanjutkan kalimat sebelumnya, dan semua menjawab dengan senyum malu.

  Pak Paijo berkata, “Anak-anak tahukan kalian sumber ilmu itu dimana?” ada beberapa temanku menjawab “Buku”, Pak Paijo menggelengkan kepalanya “Guru”, saut temanku cepat. Pak Paijo masih menggelengkan kepalanya sambal tersenyum sinis.

Lalu Pak Paijo melanjutkan lagi “Allah lah sumber ilmu, bagaimana kita mau mudah berfikir kalau kita jauh dari sumber ilmu. Taukan kalian ada banyak orang yang tidak berlajar tapi karena dekat dengan Allah dan berbakti pada orang tua dan gurunya ia mendapatkan ilmu tanpa belajar seperti yang lain. Jadi dulu ada seorang santri yang ‘mondok’ di salah satu pesanter disebuah pendalaman. Santri itu diberi pesan oleh orang tuanya agar patuh pada pak Kiayi.

 Pondok tersebut cukup malah karena keluarga santri tersebut adalah orang tak punya(miskin). Ayah Sang Santri pernah berkata padanya bahwa ia ingin anaknya menjadi ulama besar dan banyak ilmu agamannya, karennya ia menabung dan ‘memondokan’ anaknya itu. Namun sampai dipondok Sang Santri diberi tugas untuk menimba air wudhu dan menggembala kambing Kiayi.

Tempat penyimpanan wudhu cukup besar hingga kadang ia kelelahan. Tempat wadhu tersebut tempat berada di dekat kelas dai yang sering berlatih, tak jarang dia mendengar apa yang dipelajari dan dihafal. Pada sore hari ia harus menggembala kambing miliki kiayi. Hal itu berlangsung selama tuga tahun, hingga sang satri habis kesabarnnya dan memutuskan mempertanyakan maksud perintah sang Kiayi.

‘Pak Kiayi, mohon maaf sayakan di sini bayar untuk belajar, tapi kok saya disuruh untuk isi air wudhu dan menggembala kambing terus, lalu kapan saya belajar, kapan saya bisa berdakwah dan jadi ulama besar’ kata yang sang Santri.

 Sang Kiayi tersenyum dan menyuruh santri itu pulang, tapi sebelum sampai ke rumah ia harus sholat di salah satu masjid di sebuah desa. Sang Santri pun kaget, dan merasa takut jangan-jangan dia salah bicara, seketika ia berkata ‘maaf Kiayi, jangan usir saya, saya hanya bertanya’.

‘Kamu tidak di usir, kamu Cuma di suruh pulang, nanti kamu boleh balik lagi’, balas Pak Kiayi’. Mau tak mau Ia harus mengikuti perintah kiayi, sepanjang perjalanan dia menyesali langkahnya. Tak sadar ia sampai di desa yang diperintahkan untuk dikunjungi, dan ia turun dari kendaraan umum untuk mencari masjid yang disebut Pak Kiayi. 

Saat menemukan masid yang disebutkan, alangkah kagetnya ia melihat kondisi masjid yang carut marut, hingga nalurinya berkata untuk merapikan dan mebersihkan, setelah rapi dan bersih ia membersihkan diri dan bersiap untuk solat dzuhur. Saat waktu dzuhur ia menunggu warga untuk sholat berjamaah, namun tak satupun yang dating hingga ia harus sholat sendiri. Pada waktu Asha ia putuskan untuk Azan. 

Warga yang sudah lama tak mendengar azan dari arah masjidpun kaget dan mulai berdatangan, ternyata masjid itu sudah lama tak dibuat sholat dan warga lebih memilih sholat di rumah. Selain kaget warga juga tertarik dengan suara merdu Sang Santri. Rupanya satri tersebut sering mengikuti cara berlatih siswa di kelas dai sebelah tempat wudhu.

Hingga tiba saatnya sholat setelah sang santri iqomah, wargapun binggung siapa yang pas untuk menjadi imam. Hingga semua menunjuk sang santri untuk menjadi imam sholat. Dengan fasih sang santri memimpin sholat, karena ia tak pernah alfa sholat berjamaah di masid pondok. Dan pada waktu magrib salah satu dari warga menghampiri sang santri dan menawarkan rumah untuk tinggal asalkan menjadi imam desa tersebut. 

Mengalami kejadi tersebut sang santripun binggung dan melapor ke Kiayi. Ia menceritakan secara detail pada yang dia alami dan tanggapan warga tersebut dan meminta masukan kiayi, dengan tenang kiayi menjawab “jadilah imam desa di sana, ajarkan apa yang kau ketahu dan dengar dari sini. 

Tanpa di duga sang Santri mampu menguasai ilmu-ilmu yang hanya sepintas di dengar di sebelah tempat wudhu, dan akhir cerita ia terwujudlah cita-cita sang santri dan ayah santri tersebut. Jika diibaratkan ilmu adalah cahaya, otak dan hati adalah kaca serta debu adalah dosa, maka semakin banyak debu yang menempel di kaca, maka semakin sulit cahaya menembus kaca. Sholat adalah cara kita membersihkan hati dan akal yang tadi perumpamaanya adalah kaca.” Dan tanpa disadari waktu istirahat tiba..... (to be continue / besambung)


Pesan untuk penulis dan pembaca :
Seperti setiap kita fiqih, thaharah (bersuci) menjadi pembahasan awal. Demikian dalam belajar, mari kita biasakan diri kita, anak kita belajar untuk menyucikan diri dengan mendekat kepada Allah. Karena sungguh ilmu adalah cahaya yang bertebaran, namun kaca (hati dan akal) kita tertutup debu (dosa) yang disadari atau tidak di sadari.

Kampung Rambutan, 10 January 2020 @12SR


gambar diambil dari : http://pai.unida.gontor.ac.id/kriteria-guru-dan-murid-ideal-pemikiran-pendidikan-imam-al-ghazali/


Related Posts
Sugeng Riyanto
Aktif mengajar di SDN Cipinang Besar Selatan 08 Pagi. Purna PSP3 Kemenpora XXIV. Pernah menjadi sukarelawan UCFOS PK IMM FKIP UHAMKA. Kini tercatat sebagai salah satu guru penggerak angkatan 7. Penulis Buku "Pendidikan Tanpa Sekolah. Suka berpergian kealam bebas, Menulis berbagai jenis artikel.

Related Posts

Post a Comment