uCO8uJcd2NOW77jAZ4AbbiNUmGHcS2tFraLMRoIi

Jurnal kehidupan - Sebuah prasangka

 

Sebuah prasangka

Dalam kehidupan manusia dipenuhi dengan prasangka. Dalam bahasa sederhana prasangka itu kita sebuat dengan "kira-kira". Dalam bahasa kaum intelek, prasangka disebut dengan prediksi atau hipotesis.

Sumber prasangka adalah pikiran. Pikiran adalah kombinasi akal dan hati. Akal berkoneksi dengan panca indera dan hati ia berdiri sendiri. Akal kita sering istilahkan dengan otak. Otak akan bekerja sesuai dengan rangsangan yang merupakan respon dari indera-indera yang kita miliki.

Hati bekerja secara terus menerus. Hati akan terkoneksi dengan pencipta. Tugas hati adalah memverifikasi atau mengecek ulang dan menilai ulang dari kerja akal.

Kerja akan pikiran terpantul dari tindakan dan pilihan. Tindakan dan pilihan ini menjadi nilai diri yang juga dinilai oleh indera orang lain yang kemudian juga akan dicerna oleh pikiran mereka.

Prasangka buruk

Sering kali hati akal bekerja dengan cepat hingga tidak memberikan kesempatan untuk hati bekerja. Hasil dari proses yang tidak utuh ini dipancarkan melalui indera. Hingga menimbulkan tindakan yang tidak tepat.

Ketidak tepatan ini tercermin dalam tindakan. Kemudian akan diproses oleh pikiran orang lain. Ketika orang lain juga melakukan proses yang tidak lengkap, sama dengan proses sebelumnya. Maka akan terjadi keos.

Keos merupakan kondisi dimana prasangka-prasangka mendominasi dalam tingkah laku. Dominasi prasangka pada diri akan menimbulkan “ketidak enakan”. Pada fase selanjutnya rasa "tidak enak" menjadi dinding tebal yang membatasi antara satu individu dengan individu lain.

Menerabas dinding tebal prasangka

Ketika kekeosan ini terjadi maka menyingkirlah. Lihatlah permasalah dari jauh untuk waktu sebentar. Memberikan kesempatan untuk akal dan hati bekerja secara penuh untuk merespon dan memberikan prasangka netral atau jika bisa menjadikan prasangka positif.

Setelah tenang maka ambilah langkah kembali kemudian mulai menjalin komunikasi positif. Beranikan diri untuk memegang dinding tebal "ketidak enakan" dan mengkonfirmasi prasangka netral atau prasangka positif yang telah kita temukan.

Prasangka yang kita miliki bukan untuk alat ukur. Namun memberikan diri nilai lebih dari kondisi keos yang kita hadapi. Dengan memiliki nilai positif ini kita secara tidak langsung akan memberikan aura positif dan kesempatan kawan bicara untuk mengeluarkan prasangka positifnya.

Demikianlah kerja prasangka

Waallahualam bishawab

Related Posts
Sugeng Riyanto
Aktif mengajar di SDN Cipinang Besar Selatan 08 Pagi. Purna PSP3 Kemenpora XXIV. Pernah menjadi sukarelawan UCFOS PK IMM FKIP UHAMKA. Kini tercatat sebagai salah satu guru penggerak angkatan 7. Penulis Buku "Pendidikan Tanpa Sekolah. Suka berpergian kealam bebas, Menulis berbagai jenis artikel.

Related Posts

Post a Comment