uCO8uJcd2NOW77jAZ4AbbiNUmGHcS2tFraLMRoIi

MENGAPA AKU JADI “BODOH”?



sumber gambar :https://www.gambarkartun.pro/2011/04/5200-koleksi-gambar-kartun-orang-bodoh.html

Sejak kecil kita sering mendengar kata bodoh. Dikala tidak mampu mengerjakan tugas guru atau tidak taat perintah dan peringatan orang tua. Namun tak jarak guru kita mengajarkan merasa bodoh ada ciri orang yang pintar. Dan yang membuat tambah bingung ada guru-guru kita juga berkata jangan jadi orang yang masa bodoh.

Dalam KBBI kata bodoh bermakna tidak lekas tahu, tidak mudah tahu, tidak dapat mengerjakan. Dan juga bermakna tidak memiliki pengetahuan, pendidikan dan pengalaman.  Kita juga bisa menyimpulkan makna kata bodoh adalah kondisi saat seseorang tidak menyadari sesuatu hal. Namun bodoh bukanlah tempat pembuangan akhir. Ia hanya tidak menyadari sesuatu. Dia masih memiliki kesempatan untuk berupaya memahaminya.

Bodoh juga merupakan dampak. Ia merupakan akibat yang terjadi baik di segaja maupun tidak disengaja. Maka untuk keluar dari kebodohan kita perlu memahami apa yang membuat kita menjadi bodoh.

Kebodohan struktural

Kebodohan bisa terjadi karena kesengajaan orang, lingkungan atau sistem yang ada diluar kendali kita. Yang kemudian hal tersebut menghendaki kita menjadi bodoh. Karena kebodohan kita memberikan keuntungan yang melimpah untuk mereka. Kita menjadi merasa bergantung dan tidak berdaya dihadapan mereka.

Ketika kita tidak bodoh lagi, akan menjadi ancaman untuk mereka. Kita tidak lagi bergantung pada mereka. Kita mampu mandiri, bebas dan merdeka menentukan apa yang kita mau tanpa tekanan dari orang lain, lingkungan ataupun sistem. Maka tentu mereka mengalami kerugian.

Contoh dari kebodohan struktural ini adalah sistem tengkulak. Pentani yang kurang menyadari keuntungan penjualan langsung. Atau petani yang tidak mengetahui bagaimana cara menjual hasil panen secara langsung. Mereka adalah sasaran empuk para tengkulak. Tengkulak mencari kesempatan, membeli dengan harga yang murah lalu menjual kembali dengan harga yang jaul lebih mahal.

Kebodan struktural juga terjadi karena ketimpangan informasi. Informasi yang harusnya diberikan ke khalayak umum hanya menjadi konsumsi orang terdekat. Prinsip nepotisme menjadi biak kerok  dari  kebodohan akan informasi. Contoh misal dalam urusan lowangan kerja, pasti orang-orang dalam lingkaran informasi mengurung informasi hingga orang luar tidak tahu. Sial betul orang-orang seperti ini.

Untungnya perkembangan informasi mendobrak gaya-gaya macam ini. Hingga infromasi dapat dengan mudah diakses oleh orang banyak. Walaupun kasus macam ini masih juga ada.

Kebodohan struktural juga disebabkan tidak ada sarana dan prasarana untuk mengakses informasi. Jauhnya jarak pusat informasi menyebabkan informasi tidak tersebar dengan baik. Dan tidak adanya alat komunikasi yang dapat menjangkau orang-orang di daerah pedalaman atau orang yang jauh dari pusat informasi.

Kebodohan kultural

Dalam sejarah perkembangan islam kita mengenal istial zaman Jahiliyah (zaman kebodohan). Kebodohan disini bukan hanya tidak tahu akan pengetahuan. Tapi lebih menggambarkan tentang kebudayan yang bodoh. Ciri kebudayaan itu adalah mau berubah, tidak mau maju dan tidak mau menerima kebenaran yang dibawa oleh Sang Nabi.

Kebodohan kulutural adalah yang berakar dari sebuah “budaya pembodohan.” Kebodohan kultural merupakan kebalikan dari kebodohan struktural yang berasal dari luar. Kebodohan ini berasal dari dalam diri “si penderita kebodohan.”

Kebodohan ini berasal dari rasa malas untuk berlajar atau berkembang menyesuaikan keadaan. Kebodohan yang berasal dari metal comfort zone (berada pada wilayah nyaman). Dan bertahan pada status qou tanpa ada dinamika dalam kehidupan.

Di era perkembangan teknologi yang bergitu cepat. Kemalasan untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman hanya akan memunculkan keterbelakangan. Baik keterbelakangan dalam hal informasi yang berujung pada kegugupan menerima diri bahawa dirinya tertinggal.

Misal saja yang sering kita sebut dengan generasi milenial. Mungkin saja secara usia ia digolongkan milenial. Namun secara pengetahuan, kebudaya, prilaku dan kebisaan ia lebih cocok di sebut generasi kolonial (istilah untuk menunjukan bertapa jauh tertinggal). Contohnya masih ada saja orang yang beranggapan suku “anu” lebih tinggi derajatnya. Suku “anu” tak boleh nikah dengan suku “anu.”

Lebih kontektual lagi misalkan, masih ada saja anak mudah yang berusia 30 tahunan yang tidak bisa membuat email. Jika ia berada di tengah hutan maka kita patut maklumi. Semetara handphone selalu dalam genggaman. Hal yang konyal namun ada pula kita jumpai orang-orang yang demikian. Ditengah derasnya lalulitas virtual. Ia hanya jongkok di trotal jalan dan menikmati debu-debu limbah kemajuan teknologi komunikasi. Tanpa mau mengembangkan lebih jauh.

Bahaya Kebodohan

Kebodohan jelas sangat berbahaya. Bagaimanapun juga kebodohan selain mempegaruhi stigma diri di tegah masyarakat. Ia berkaitan dengan menitipsnya peluang terutama peluang dalam hal pekerjaan. Terlebih kebodohan kultural yang berasal dari kemalasan dan hanya menginginkan yang praktis tak mau repot, tak mau berproses.

Orang yang-yang bermental bodoh (baca : malas) sering dibuat keki dan iri dengan perasaanya sendiri. Melihat orang lain sukses. Padahal kesuksesan itu diraih dengan susah payah. Namun orang yang bermental bodoh tentu hanya melihat suksesnya. Dan kedengkian akan mendorongnya untuk berani  berbuat kriminal. Perbuatan kriminal diambil sebagai pilihan praktis untuk menaiki tangga kesuksesan.

Alih-alih kesuksesan yang ia dapat. Karena ulah karena kriminalitasnya justru menimbulkan keserahan. Bagi yang tidak berani berbuat kriminal namun tidak mau membenahi dirinya. Tentu tidak akan mengekor pada kemajuan, tanpa memberikan warna dan pengaruh.

Tulisan ini di buat oleh Suri (SugengRiyanto).
Untuk lebih kenal penulis bisa kunjungi di link media sosial di bagian samping kanan.
Atau klik nama penulis berlabel kuning. atau beri komentar di kolom komen.....
terimakasih.
Related Posts
Sugeng Riyanto
Aktif mengajar di SDN Cipinang Besar Selatan 08 Pagi. Purna PSP3 Kemenpora XXIV. Pernah menjadi sukarelawan UCFOS PK IMM FKIP UHAMKA. Kini tercatat sebagai salah satu guru penggerak angkatan 7. Penulis Buku "Pendidikan Tanpa Sekolah. Suka berpergian kealam bebas, Menulis berbagai jenis artikel.

Related Posts

2 comments

  1. keren nih, cek disini untuk penyebab orang membuat kebodohan publik https://sampaikapan.com/kenapa-orang-berbuat-kebodohan-publik/

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama :) semoga dapat sering berkunjung di website kami...

      Delete
silakan beri komentar positif, saran yang membangun dan supportnya